REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hyundai menandatangani kontrak awal dengan Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO) dan Fortescue Metal Group Ltd (FMG). Ketiganya berkolaborasi dalam mengembangkan teknologi untuk mengekstrak hidrogen dari amonia, kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
Dikutip dari Yonhap, Jumat, Hyundai, CSIRO, dan FMG akan menggunakan membran logam yang dikembangkan oleh CSIRO untuk mengekstraksi hidrogen dan mengirimkannya dalam bentuk amonia cair ke pasar global. Pada tahun 2018, Hyundai Motor Group mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan 7,6 triliun won (6,4 miliar dolar AS) untuk fasilitas produksi mobil hidrogen, kegiatan penelitian dan pengembangan terkait pada tahun 2030.
Berdasarkan rencana itu, grup tersebut berencana untuk memproduksi setidaknya 500 ribu kendaraan hidrogen pada tahun 2030. Di sisi kendaraan penumpang, Hyundai menjual 9.228 mobil hidrogen Nexo - terdiri dari 7.533 unit terjual di dalam negeri dan 1.695 unit di luar negeri atau pasar global dari 2018 hingga Juni tahun ini.
Langkah itu dilakukan karena Korea Selatan mendorong penggunaan hidrogen sebagai sumber energi utama untuk mobil, bukan bahan bakar fosil. Pembuat mobil telah berlomba untuk menjadi ramah lingkungan di tengah peraturan yang diperketat tentang emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab pemanasan global.
Kendaraan listrik sel bahan bakar hidrogen hanya mengeluarkan uap air karena mengubah simpanan hidrogen menjadi listrik, yang kemudian mendorong motor kendaraan.