Jumat 21 Aug 2020 14:46 WIB

Biden: Saya akan Bawa Amerika ke Luar dari Kegelapan

Biden menyebut Trump sebagai presiden yang menabur kekacauan dan perpecahan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
 Calon presiden dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden berbicara dalam konferensi pers di Hotel DuPont di Wilmington, Del., Kamis, 13 Agustus 2020.
Foto: AP/Carolyn Kaster
Calon presiden dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden berbicara dalam konferensi pers di Hotel DuPont di Wilmington, Del., Kamis, 13 Agustus 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Joe Biden, mengatakan akan memimpin negara tersebu keluar dari 'musim kegelapan', Kamis (20/8). Dia  berjanji akan memanfaatkan yang terbaik yang bisa diberikan oleh AS.

"Saya akan menarik ke arah terang, bukan kegelapan. Sudah waktunya bagi kita, untuk kita orang-orang berkumpul. Dan jangan salah, kita bisa dan akan mengatasi musim kegelapan di Amerika ini. Kami akan memilih harapan daripada ketakutan, fakta daripada fiksi, keadilan daripada hak istimewa," ujar Biden.

Baca Juga

Biden mengecam Presiden AS, Donald Trump, sebagai presiden yang menabur kekacauan dan perpecahan. Biden menyebut dirinya sebagai kandidat yang akan menyatukan Partai Republik dan Demokrat, sambil memimpin negara keluar dari pandemi Covid-19, kemerosotan ekonomi, dan kekacauan rasial.

"Presiden saat ini telah terlalu lama menyembunyikan kemarahan Amerika. Terlalu banyak kemarahan, terlalu banyak perpecahan. Di sini dan sekarang, saya berjanji, jika Anda mempercayakan saya menjadi presiden, saya akan memanfaatkan yang terbaik dari kita, bukan yang terburuk," kata Biden, dikutip dari The Hill.

Pernyataan tersebut disampaikan di acara penyampaian pidato di Chase Center, Wilmington.  Dia berdiri di sebuah mimbar berhiaskan "D20" di depan 16 bendera AS dengan penonton yang kosong untuk mencegah penyebaran virus korona. Biden ditemani di atas panggung oleh istrinya, Dr. Jill Biden, dan pasangan calon Wakil Presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris.

Dalam kesempatan itu, Biden mengajukan perdebatan kepada mereka yang tidak memiliki pandangan politik yang sama. "Sementara saya akan menjadi kandidat Demokrat, saya akan menjadi presiden Amerika. Saya akan bekerja keras untuk mereka yang mendukung saya, dan sama kerasnya dengan mereka yang tidak mendukung saya. Itu tugas seorang presiden, untuk mewakili kita semua, bukan hanya basis atau partai kita," ujarnya.

Bagi Biden, menjadi calon presiden dari Partai Demokrat adalah puncak dari karir politik selama puluhan tahun. Posisi tersebut yang membawanya dari Senat ke Gedung Putih, sebagai wakil presiden di bawah Barack Obama.

"Terima kasih  Presiden. Anda adalah presiden yang hebat, presiden yang anak-anak kami dapat dan memang hormati. Tidak ada yang akan mengatakan itu tentang penghuni Gedung Putih saat ini," ujar Biden memuji Obama dan tidak lupa menyindir Trump.

Wakil presiden era Obama itu tidak henti-hentinya dalam kritiknya terhadap Trump. Dia mengatakan bangsa itu berada di persimpangan jalan.

"Kita bisa memilih jalan untuk menjadi lebih marah, kurang berharap dan lebih terpecah, jalan bayangan dan kecurigaan, atau kita bisa memilih jalan yang berbeda dan bersama-sama mengambil kesempatan ini untuk menyembuhkan, untuk mereformasi dan bersatu," kata Biden.

Atas pernyataan serangan Biden, Trump pun tidak tinggal diam begitu saja. Kampanye Trump membalas dengan menuduh Biden menjadi pion kiri radikal.

Biden dinilai akan menaikkan pajak, memaksa pemerintah mengambil alih perawatan kesehatan, dan membunuh pekerjaan energi melalui peraturan yang berlebihan. "Joe Biden adalah kandidat presiden yang dua kali gagal dan, tanpa pertanyaan, kandidat yang jauh lebih buruk untuk ketiga kalinya," kata juru bicara kampanye Trump, Tim Murtaugh.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement