Jumat 21 Aug 2020 16:07 WIB

Alumni Habibie Menyayangkan Pesawat Gatotkaca Dimuseumkan

Tindakan itu menyakiti hampir empat ribu alumni  Habibie, para ilmuwan, dan generasi

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Agus Yulianto
Siswa berjalan menuruni anak tangga seusai mengamati mockup kokpit pesawat N250 yang dipamerkan dalam Orbit Habibie Festival di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (17/10/2019).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Siswa berjalan menuruni anak tangga seusai mengamati mockup kokpit pesawat N250 yang dipamerkan dalam Orbit Habibie Festival di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (17/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyerahan pesawat N250 Prototype Aircraft 01 (PA01) Gatotkaca rancangan BJ Habibie ke Museum Pusat Dirgantara Mandala (Muspusdirla), di Yogyakarta, mulai menuai kritik. Salah satunya dari Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE).

Ketua IABIE Bimo Sasongko menilai, tindakan menaruh pesawat Gatotkaca di museum membuat luka hampir empat ribu alumni yang merupakan anak-anak intelektual Habibie, para ilmuwan, dan generasi muda. 

"Proses itu tidak baik, karena itu sama saja menguburkan cita-cita besar Pak Habibie yang membuat dan menerbangkan pesawat. Harusnya tak perlu dimuseumkan," ujar Bimo saat dihubungi Republika di Jakarta, Jumat (21/8).

photo
Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) Bimo Sasongko. - (Republika/Putra M. Akbar)

Terlebih, kata Bimo, penyerahan pesawat Gatotkaca ke museum dilakukan berdekatan dengan hari kemerdekaan dan hari teknologi nasional. Bimo mengatakan, para alumni program Habibie kaget dengan keputusan tersebut lantaran tidak pernah diajak bicara sebelumnya terkait hal ini. 

Bimo menilai, pada hari kemerdekaan seharusnya pemerintah memberikan pernyataan untuk mengembangkan proyek pesawat tersebut, bukan malah mengandangkan di museum. Bimo menyebut pengembangan pesawat Gatotkaca belum tuntas. Pemerintah, kata Bimo, seharusnya mendukung agar pengembangan pesawat Gatotkaca kembali dilanjutkan.  

"Pemerintah seharusnya buat pernyataan bahwa pemerintah mendukung program ini lagi dan membuat pesawat yang lebih baik, anak-anak muda kirim ke luar kuasai sains dan teknologi, bukan malah dimuseumkan. Ini seakan-akan kita disuruh setop, jangan-jangan ada pihak yang tidak suka dengan kehebatan bangsa kita," lanjut Bimo. 

Bimo menyampaikan, IABIE pada dasarnya masih terus berupaya untuk menyempurnakan pesawat Gatotkaca. Meski telah mampu terbang, kata Bimo, pesawat Gatotkaca masih memerlukan proses panjang untuk dapat diproduksi massal. Bimo mengatakan, pesawat Gatotkaca harus melewati sejumlah tahap agar mampu terbang secara penuh dan dipasarkan.  

"Saat itu baru kan tes perdana, kita bisa membuat dan menerbangkan pesawat tapi untuk dijual kita harus punya akreditasi/sertifikasi, butuh 1-3 tahun lagi prosesnya, termasuk pengembangan teknologinya," ucap Bimo. 

Bimo sangat menyayangkan pengandangan pesawat Gatotkaca. Padahal, Bimo meyakini, generasi muda saat ini memiliki kemampuan mumpuni untuk meneruskan proyek Habibie tersebut.

"Anak-anak muda sekarang punya kemampuan dan memiliki kualitas teknologi dan informasi yang jauh lebih canggih," kata Bimo menambahkan. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement