REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Gubernur Jabar Ridwan Kamil menerima kunjungan dari Wakil Ketua Pelaksana I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PCPEN) yang juga Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad), Jenderal TNI Andika Perkasa, didampingi Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramono, di Gedung Sate, Jumat (21/8).
Dalam kesempatan tersebut, Ridwan Kamil melaporkan wilayah Jabar mayoritas risiko sedang dan rendah. Namun, hanya Depok yang merah. "Kami mohon dukungan untuk menguatkan di zona merah," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Jumat (21/8).
Menurut Emil, pengetesan di Jabar sudah tertinggi kedua setelah Jakarta. Namun, karena dilihatnya harus menggunakan persentase, dengan jumlah penduduk yang besar yakni 50 juta, maka persentase Jabar terlihat kurang maksimal.
"Sehingga kami memohon untuk memberikan dukungan PCR dalam bentuk PCR atau anggaran agar kami bisa mengetes melalui lembaga swasta yang menyediakan," katanya.
Menurut Emil, kapasitas laboratorium Jabar yang jumlahnya 20 memiliki kapasitas yang sudah maksimal. Yakni, di angka 15-20 ribu per pekan. Padahal, idealnya di angka 40 ribu.
Emil menjelaskan, di Jabar saat ini ada 12 zona orange, 14 zona kuning, dan 1 zona merah. Yakni, Depok sebelumnya adalah zona orange berubah menjadi merah. "Makanya PSBB di Bodebek diperpanjang. Kami konsisten terus," katanya.
Sedangkan untuk tes PCR, kata dia, saat ini sudah diangka 189 ribu. Tapi kalau pake persentase Jabar masih kecil. Padahal, kalau ada barangnya atau anggarannya bisa lebih optimal.
"Kami juga punya PCR jinjing yang kalau jadi kebijakan, bisa dikasih ke Kodim, babinsa. Ini kapasitasnya 8 orang selama 40 menit cocok untuk geografis indonesia," katanya.
Provinsi Jabar, kata dia, menggunakan PCR jinjing karena daerah di Jabar ada yang desa dan kota. Untuk desa, ada yang mudah dijangkau dan tidak. "Kombinasi dengan PCR mobile, laboratorium dan PCR jinjing ini inovasi kami untuk menjangkau pelosok sampai pegunungan," katanya.