Jumat 21 Aug 2020 17:35 WIB

RI Ingin Turunkan Defisit Dagang dengan China

Indonesia dapat menekan defisit perdagangan dengan China sampai 46,08 persen.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi di Sanya, China, Kamis (20/8) waktu setempat.
Foto: Dok Kementerian Luar Negeri RI
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi di Sanya, China, Kamis (20/8) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, SANYA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, pemerintah akan terus berupaya menurunkan angka defisit perdagangan nasional. Cara yang ditempuh antara lain dengan melakukan kerja sama ekonomi dengan negara lain, dalam hal ini China.

Indonesia, kata Retno, dapat menekan defisit perdagangan dengan China sampai 46,08 persen karena angka ekspor naik dan nilai impor menurun pada semester I 2020. "Angka ekspor Indonesia ke China mengalami peningkatan sekitar 11,74 persen pada semester 1 2020 dari 12,32 miliar dolar AS menjadi 13,77 miliar dolar AS dibandingkan nilai ekspor pada semester satu 2019," ujar Retno dalam pengarahan media setelah bertemu Menlu China Wang Yi, Kamis (21/8) malam.

Baca Juga

Dalam hal ini, Indonesia menginisiasi pembentukan Joint Working Group for Trade guna memfasilitasi berbagai hambatan perdagangan. Hal itu juga guna memfasilitasi semakin terbukanya pasar China bagi produk Indonesia.

Sementara untuk investasi, China masih menduduki peringkat kedua terbesar setelah Singapura. Retno menjelaskan, untuk semester 1 tahun 2020 telah terjadi peningkatan investasi dengan China dari 2,2 miliar dolar AS menjadi 2,4 miliar dolar AS atau meningkat 9 persen dibanding semester pertama 2019.

Beberapa menteri RI mengadakan pertemuan bilateral dengan China pada Kamis dan selanjutnya akan ke Uni Emirat Arab untuk membahas perkembangan isu vaksin Covid-19. Pertemuan  dengan China membahas sejumlah isu, antara lain penguatan kerja sama di bidang perdagangan dan investasi, kesehatan dan keamanan.

"Komitmen kedua negara untuk terus memperkokoh kerja sama bilateral berdasarkan asas saling menghormati dan saling menguntungkan," ujar Retno.

Selain menghadiri pertemuan bilateral, Menlu Retno bersama Menteri BUMN Erick Thohir menyaksikan penandatangan dokumen perjanjian dan nota kesepahaman antara Bio Farma dan perusahaan bioteknologi asal China, Sinovac. Tidak hanya itu, dua menteri yang diutus Presiden RI Joko Widodo ke China itu juga menemui perwakilan dari Grup Farmasi Nasional China (Sinopharm) dan perusahaan vaksin CanSinoBio, serta perusahaan konstruksi Cina Railway.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement