REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hasanul Rizqa*
DEPOK – Pandemi Covid-19 mengubah kondisi perekonomian banyak orang, tak terkecuali kalangan pelaku usaha menengah, kecil dan mikro (UMKM). Di Depok, Jawa Barat, salah seorang di antara mereka adalah Lucy Sylvana. Pemilik toko Kami Creative itu kini “banting setir” menjadi penjual masker dan face shield untuk sementara waktu. Sebab, permintaan barang-barang produksi tokonya sedang menurun drastis.
“Sejak pandemi ini, iya (berjualan masker dan face shield),” kata Lucy kepada Republika, kemarin.
Kami Creative yang didirikannya sejak dua tahun lalu terpilih menjadi salah satu UMKM Juara Depok pada 2019. Tokonya mengikuti pendampingan dari Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat selama beberapa bulan.
Memasuki awal tahun ini, ia mendapatkan kabar tentang kemungkinan dampak Covid-19 terhadap sektor ekonomi. Padahal, lanjut dia, waktu itu istilah “pandemi” belumlah heboh seperti sekarang. Sejak Maret lalu, Lucy pun melakukan penjualan besar-besaran. Produk andalan Toko Creative, kursi tong, dijualnya dengan diskon hingga 30 persen.
“Saya sale habis-habisan. Begitu pandemi, orang lagi pada sibuk (mencari) masker, hand sanitizer, dan segala macam,” tutur pemilik akun Instagram @kamikedai01 itu.
Ia mengaku bersyukur karena bisnisnya dapat terus bertahan di masa-masa sulit. Belakangan ini, masker dan face shield yang ditawarkannya juga selalu laris. Kedua jenis barang itu tidak diproduksi tokonya, melainkan rekanannya yang tinggal di Surabaya, Jawa Timur.
“Teman di Surabaya itu juga UMKM yang terkena (dampak) pandemi. Jadi dia yang biasanya berjualan batik, sekarang jualan masker. Dan dia memberdayakan orang-orang difabel,” ujar Lucy.
Siasat untuk tetap tangguh kala Covid-19 melanda juga dilakukan Tata. Pemilik gerai Tanabe Food itu sejak Maret lalu mengalami penurunan omzet karena terdampak situasi pandemi. Berbeda dengan Lucy, ia mengaku enggan “banting setir” untuk berjualan barang-barang yang sangat dicari ketika pandemi.
“Sempat kepikiran mau jualan hand sanitizer, tetapi karena basic saya pangan, akhirnya saya terus cari cara bagaimana meningkatkan produksi dan pemasaran,” kata Tata saat dihubungi Republika, kemarin.
Ia pun melihat celah pada maraknya fenomena “bekerja dari rumah” (work from home, WFH). Tata lantas meningkatkan pemasaran aneka makanan beku yang dijualnya, khususnya melalui platform daring.
“Alhamdulillah, grafik penjualan kami mulai naik pada awal April 2020, ketika orang mulai WFH dan anak-anak harus sekolah dari rumah. Mungkin karena aktivitas di rumah, mereka merasa mudah lapar jadi butuh camilan,” tutur warga Pasir Putih, Sawangan, Depok, itu.
Ketua Asosiasi UMKM Kota Depok Indra Rusliawan mengatakan, para pelaku usaha UMKM memang harus pintar-pintar menyiasati bisnisnya di kala pandemi. Menurut dia, umumnya ada banyak cara untuk mereka bisa tetap tangguh meskipun wabah Covid-19 melanda. Di antaranya adalah memanfaatkan niaga elektronik (e-commerce), online marketplace, dan media sosial. Sebab, tren belanja konsumen Indonesia, khususnya di perkotaan, tidak lepas dari koneksi digital.
“UMKM wajib tahu tentang teknologi digital, terlebih saat pandemi ini di mana masyarakat sudah melakukan gaya hidup baru. Peluang ini yang harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin,” kata Indra kepada Republika, kemarin.