REPUBLIKA.CO.ID, OMSK -- Prancis dan Jerman pada Kamis (20/8) menawarkan perawatan medis di negara mereka untuk pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny, yang tiba-tiba jatuh sakit setelah meminum teh yang diduga telah dicampur racun.
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel menyebut bahwa mereka sangat prihatin dengan apa yang terjadi kepada Navalny, salah satu pengkritik keras Presiden Rusia Vladimir Putin. Macron, yang menjamu Merkel untuk pembicaraan di kediaman musim panasnya di benteng abad pertengahan di kawasan Mediterania, menyebut bahwa dia telah mendiskusikan mengenai sakitnya Navalnysecara panjang lebar.
"Kabar yang kami terima saat ini amatlah sangat membuat tak nyaman. Kami akan terus mengikuti situasinya secara lekat," kata Macron dalam konferensi pers bersama Merkel setelah pembicaraan itu.
"Kami tentu saja siap untuk menyediakan semua bantuan yang diperlukan untuk Navalny dan semua yang dekat dengan dia, dalam hal layanan kesehatan, dalam hal suaka dan perlindungan, hal ini sudah jelas. Saya harap dia dapat diselamatkan," tutur Macron.
Kamis pagi waktu setempat, Navalny tiba-tiba jatuh sakit dalam penerbangan pesawat dari Siberia menuju Moskow usai meminum teh di kafe bandara di Kota Tomsk, wilayah Siberia. Kondisinya menjadi semakin parah dalam perjalanan hingga pesawat melakukan pendaratan darurat di Omsk, sekitar 2.200 kilometer jaraknya dari Moskow. Navalny diturunkan di kota itu untuk mendapat perawatan di rumah sakit.
Merkel menyebut bahwa Jerman telah bersiap untuk memberikan perawatan kepada Navalny di rumah sakit negaranya, namun belum menerima permintaan itu dari pihak Navalny.
"Yang menjadi penting adalah persoalan di belakang hal ini harus dibersihkan dengan cepat. Kami bersikukuh dalam hal ini, karena yang kami dengar sejauh ini sangat tidak menyenangkan. Dan, hal itu harus dilakukan secara transparan," kata Merkel.