REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Febrian Fachri
Yasman Yanusar (61 tahun) sempat merinding mengenang doa ibunya saat ia masih kecil. Doa yang bagi Yasman telah menuntunnya menjadi pengusaha sukses seperti sekarang. Saat itu, sekitar tahun 1968, Yasman baru duduk di kelas 2 SD di Nagari Sungayang, Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Yasman kecil berlari-lari pulang sekolah tidak memakai sepatu. Yasman masih ingat, dengan seragam putih merah, dia berlari dan berlanjut main sepak bola dengan telanjang kaki.
Yasman bercerita, ekonomi orang tuanya dulu pas-pasan untuk menghidupi 8 orang anak. Yasman mencicip pergi ke sekolah memakai sepatu ketika masih kelas 1 SD atau saat baru masuk sekolah.
Ketika sudah naik kelas 2, sepatu yang terbuat dari plastik itu sudah rusak, tak dapat lagi dipakai. Yasman pun tidak berat hati pergi sekolah tanpa sepatu. Karena, situasi ekonomi saat itu memang sulit, memang banyak anak-anak pergi sekolah tidak bersepatu. Sehingga pergi sekolah tanpa sepatu bukanlah sesuatu yang memalukan.
"Saat itu terlintas dari mulut ibu saya. Semoga kelak kau bisa kayak si anu nak (pengusaha sepatu terkaya di Kota Padang). Mungkin saat itu ibu saya sedih melihat saya masih kecil lari-lari ke sana kemari tidak pakai sepatu. Padahal udah pakai seragam merah putih," ucap Yasman.
Yasman sangat terkenang dengan doa orang tuanya itu ketika sudah berusia 40 tahun, ketika dia sudah sukses menjadi agen sepatu. Sekarang Yasman dapat dikatakan sebagai salah satu agen atau distributor sepatu terbesar di Pulau Sumatra.
Yasman merupakan distributor resmi untuk aparel ternama seperti Specs, Spotec, Ortus dan beberapa aparel ternama lainnya untuk Pulau Sumatra. Yasman mendistribusikan merk-merk terkenal tersebut di Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, dan Jambi. Yasman percaya, semua ini adalah berkat dari doa tulus orang sang ibu.
Dengan bisnisnya yang sudah meluas, Yasman sudah beromzet miliaran rupiah. Tentu saja dia dapat dengan mudah untuk mendapatkan sepatu dengan model dan merk apa saja yang ia ingini. Meski begitu, Yasman tidak pernah lupa dengan masa lalu saat tak mampu beli sepatu. Yasman menjadikan hal itu sebagai pengingat diri agar terus bersyukur atas nikmat Allah SWT yang telah menyutradarai hidupnya.
Kesuksesan Yasman sebagai pengusaha sepatu tidak didapat dengan cara yang instan. Dia lahir dari keluarga petani. Artinya, Yasman membangun semuanya dari nol. Dia sudah memutuskan merantau dari Sungayang ke Kota Padang begitu tamat dari Madrasah Tsyanawiyah. "Dulu setelah tamat Tsanawiyah tidak ada lagi pikiran melanjutkan pendidikan. Pikiran saya udah mengarah ke dagang," kata Yasman.
Yasman pertama kali berangkat merantau ke Kota Padang untuk bekerja di toko kelontong milik kenalan sesama warga asal Kecamatan Sungayang. Pekerjaan awal Yasman adalah sebagai pelayan toko. Yasman masih ingat gaji pertama yang ia rasakan adalah Rp 350 setiap satu minggu. Angka yang dapat dibilang pas-pasan untuk menyambung hidup sebagai sorang bujangan.
Singkat cerita, selama belum punya toko sendiri, ia sudah bekerja untuk tiga orang bos selama 18 tahun. Lebih banyak pekerjaan Yasman selama hampir dua dasawarsa di toko sepatu. Selain di Padang, dia sempat bekerja di Tanjung Karang, Lampung, Jakarta sampai balik lagi ke Padang.
Setelah merasa punya banyak pengalaman, ada tabungan untuk modal dan punya koneksi dengan berbagai macam suplier, Yasman pertama kali membuka toko grosir sepatu pada tahun 1994 di Pasar Raya Padang. Di situlah langkah awal Yasman mulai merangkak menjadi pedagang kelas menengah hingga jadi saudagar sepatu sukses. Sekarang selain punya toko cabang di beberapa provinsi di Sumatra, Yasman juga memasok untuk toko-toko sepatu di Sumbar, Riau, Jambi, Bengkulu dan sekitarnya.
Yasman sempat bingung saat dintanya konsep untuk menjadi pedagang sukses. Karena ia merasa semuanya mengalir begitu saja. Yasman berulang kali mengatakan hidupnya disutradarai Allah SWT. Menurut Yasman, kunci yang sangat penting adalah doa dari orang tua, dan selalu memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT.
Setiap kali selesai menutup buku dagang periode satu tahun, Yasman selalu tidak lupa mengeluarkan zakat, sedekah dan untuk membantu sanak saudara yang lain. Bagi Yasman, dari untung dagang yang ia dapat, tidak semua adalah rezeki untuknya. Rezeki yang diamanahkah Allah kepadanya, menurut Yasman juga terselip rezeki orang lain yang harus ia bagikan.
"Dari dulu saya memahami, misalnya saya dapat untung 100 persen, 20 persen misalnya ada rezeki orang lain yang nyangkut di kita. Jadi harus dikeluarkan. Diserahkan kepada yang berhak," ujar Yasman.
Yasman berprinsip dengan mudah berbagi, maka rezeki yang diamanahkah Allah justru akan bertambah dengan cara-cara lain yang tidak terduga. Satu lagi prinsip dagang Yasman adalah kejujuran. Tidak hanya di dalam dunia dagang, menurut Yasman, kejujuran adalah kunci. Orang yang jujur akan sesuai perkataan dengan perbuatan.
Orang jujur tidak pernah mengumbar janji-janji yang tak dapat ditepati. Kejujuran itu menuntun Yasman mendapatkan jaringan-jaringan bisnis dari berbagai produsen dari Pulau Jawa, dan Pulau Sumatera. Yasman dipercaya sebagai agen dari aparel ternama karena adanya track rekor omzet yang bagus dan dikenal jujur dalam berbisnis.
Kemudian, faktor penting menurut dia adalah keyakinan dan rasa ingin terus belajar. Yasman menyadari dirinya hanyalah lulusan Madrasah Tsanawiyah. Ia menjadikan lapangan pekerjaan yang digeluti sebagai wadah belajar menimba ilmu-ilmu baru. Yasman belajar tata cara dan seni meyalani pelanggan, pengelolaan keuangan dengan buku besar, sampai ia mampu mengelola keuangan dengan membuat neraca.
"Semuanya saya belajar autodidac. 18 tahun bekerja sama tiga bos yang berbeda, itu saya anggap sebagai kuliah. Kuliah siang malam," ucap Yasman.
Mengabdikan Diri untuk Sepak Bola dan Futsal
Sejak masih kanak-kanak, sepak bola sudah menjadi kegemaran Yasman. Dari banyak jenis olahraga yang dimainkan, Yasman merasa sepak bola adalah jiwanya.
Sebelum merantau, pria yang kini akrab disapa Pak Haji ini bermain sepak bola untuk pertandingan antar kampung. Ia kerap ditugasi sebagai penjaga gawang.
"Saya suka sepak bola karena dari sana saya belajar sportivitas. Sportivitas ini saya pegang dalam berbisnis," cerita Yasman.
Sejak menjadi pedagang sampai menjadi saudagar, Yasman tetap menggemari sepak bola. Begitu merasa ada sedikit rezeki dari keuntungan berdagang, Yasman memutuskan membina klub sepak bola. Klub yang ia gawangi bernama Jordus. Nama yang diambil dari singkatan Jorong Dua Sungayang. Klub semi profesional ini didirikan Yasman pada 1996.
Yasman menyisihkan beberapa persen dari rezeki berdagang untuk membina klub, pelatih dan pemain Jordus FC. Jordus sudah dikenal di Sumatra tengah. Klub ini langganan menjadi lawan uji coba Semen Padang FC setiap kali pramusim. Selain itu, Jordus juga rutin mengikuti berbagai turnamen di Sumbar, Riau dan Jambi.
Eksistensi Jordus di Sumatra Tengah, turut membuat nama Yasman makin dikenal sebagai pemerhati sepak bola di Sumbar. Yasman pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Sepak Bola Batusangkar dan sekitarnya (PSBS), menjadi manejer tim PON Sumbar tahun 2004 dan 2008 hingga menjadi pengurus ASPROV PSSI Sumbar.
Yasman mengatakan di era modern, sepak bola sudah tidak dapat dipisahkan dari futsal. Tanpa meninggalkan sepak bola, Yasman juga giat mengembangkan futsal di Sumbar. Kapten timnas Futsal Indonesia Randy Satria Mushar merupakan salah satu pemain yang berhasil diorbitkan Yasman sampai masuk membela panji merah putih.
Yasman menemukan bakat Randy sejak dari Rafhely Futsal. "Pak Haji adalah bapak futsal di Sumbar yang sangat berjasa," ucap Randy Satria pada suatu kesempatan.
Yasman memiliki 4 GOR futsal untuk komersil dengan nama Rafhely Futsal. Dua GOR ada di Kota Padang, 1 di Sungayang, Tanah Datar dan 1 lagi masih dalam proses pembangunan di Kota Payakumbuh. Lapangan Futsal Rafhely yang berada di Jalan By Pass Padang merupakan satu-satunya lapangan futsal di Sumbar yang memenuhi standar. Lapangan tersebut tahun lalu menjadi tuan rumah untuk kompetisi futsal tingkat ASEAN. Selain Randy, pemain binaan Rafhely FC yg sempat memperkuat Timnas Futsal adalah Yudhi Fatra, Rahmad Budiman, Ade Andyka dan Muhammad Sanjaya di Timnas U-20 tahun 2019.
Yasman berharap, dengan fasilitas futsal yang ia bangun, dapat terus mencetak pemain-pemain sepak bola dan pemain futsal dari Sumbar. Pujian dari Randy Satria bukan hanya karena ikatan emosional. Yasman pernah mengantarkan tim futsal Sumbar meraih medali emas pada PON 2012 di Tembilahan Riau.
Kala itu, Yasman ditunjuk sebagai manajer tim futsal Sumbar. Kepiawaian Yasman mamanej futsal membuatnya dipercaya sebagai Ketua Asoasiasi Futsal Provinsi (AFP) Sumatra Barat sampai sekarang. Pada periode 2012 -2016 Yasman terlibat di dalam kepengurusan KONI Sumbar. Kini ia juga tercatat sebagai pengurus Federasi Futsal Indonesia (FFI).
Yasman mulai membina tim futsal sejak 2010 lalu. Ia menceritakan saat itu, olahraga futsal di Indonesia mulai berkembang. Sementara di Sumatera Barat, belum ada pemerhati sepak bola dan futsal yang serius menyediakan fasilitas. Yasman memberanikan diri berinvestasi untuk futsal dengan mendirikan GOR Futsal yang punya standar baik.
Yasman mengaku, tidak menjadikan ajang sepak bola dan futsal ini sebagai penunjang bisnisnya. Ia melakukan itu karena memang hobi sedari kecil. Ada kebahagiaan tersendiri bagi Yasman begitu berhasil menemukan bibit-bibit pemain hebat yang sampai diorbitkan menjadi pemain timnas Indonesia.
Aktivitas Yasman menggelontorkan uangnya untuk membangun sepak bola tidak pernah dicampuradukkan dengan usahanya di sektor bisnis sepatu. Yasman juga tidak pernah tergiur terjun ke dunia politik praktis. Baginya mengalokasikan sebagian rezeki untuk sepak bola merupakan sebuah kepuasan.
Dari sepak bola ia dapat menyalurkan bakat dan hobi para pemuda. Kemudian juga dapat menyuguhkan hiburan untuk masyarakat kampung halaman. Karena bagi warga Sungayang, sepak bola adalah olahraga nomor satu.
"Kalau disebut ada untung, ya saya tidak pernah menghitung untung dari itu. Tapi rezeki saya ada saja. Pepatah di Minangkabau, rezeki itu tak berpintu. Ia bisa datang dari mana saja," katanya.