Ahad 23 Aug 2020 04:45 WIB

Perempuan Berniqab Saat Pandemi Kini Lebih Diterima

Niqabi kini dilihat sebagai simbol keamanan dan perlindungan.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Perempuan Berniqab Saat Pandemi Kini Lebih Diterima
Foto: Andrew Kelly/Reuters
Perempuan Berniqab Saat Pandemi Kini Lebih Diterima

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sejumlah perempuan Muslim membagikan pengalaman mereka sebagai pengguna cadar (niqabi) di masa pandemi. Di masa pandemi, menurut mereka, orang-orang tidak lagi memandang jijik, tapi niqabi dilihat sebagai simbol keamanan dan perlindungan. 

"Lebih sedikit komentar yang memandang penuh kebencian. Sebelumnya, sebagai niqabi, saya akan (terlihat) menonjol. Dengan diwajibkannya pengganaan masker, niqabi menjadi lebih diterima," ujar seorang wanita Muslim di daerah Baltimore akhir-akhir ini ketika dia berbelanja di Trader Joe's.

Baca Juga

Pandemi, ujarnya, membawa perubahan yang tidak terduga bagi umat Muslim bercadar yang mulai disambut baik. Meskipun penggunaan niqab atau cadar tentu dengan tujuan yang berbeda seperti diperintahkan dalam ajaran agama. Ia berharap, niqab dapat terus diterima bahkan ketika pandemi telah berakhir.

Di negara seperti Arab dan Pakistan, menggunakan niqab sehari-hari adalah hal wajar. Tetapi berbeda dengan di Prancis yang masih melarang keras penggunaan niqab. Bahkan saat ini, ketika bahaya Covid-19 masih mengintai di banyak negara.

"Sikap kebanyakan orang adalah jijik terhadap model pakaian seperti ini," kata wanita daerah Baltimore itu. Mereka melihatnya tampak menakutkan, ultra-ortodoks, dan menindas. Saya selalu merasa terisolasi, dihakimi, dan tidak nyaman memakainya. Sama seperti semuanya, pandemi saat ini telah mengubah banyak hal untuk niqabis," ujarnya dilansir di Vanity Fair, Sabtu (22/8).

Hal senada juga diungkapkan oleh Umm Zahid, di kota Bloomingdale yang memutuskan menggunakan niqab saat pendemi. Menurut ibu empat anak ini, niqab terlihat jauh lebih alami dibandingkan dia hanya menggunakan syal sebagai niqabnya. 

“Sebagai seorang niqabi, rasanya akhirnya semua orang datang ke sisi saya. Tidak pernah semudah ini memakainya. Saya merasa nyaman keluar, karena mengetahui saya mengikuti agama saya serta membantu semua orang tetap aman," ujarnya.

Rabiya Ghani dari Skokie, turut buka suara mengenai pengalamannya menggunakan cadar. Ia mengaku, saat ini tidak lagi menemukan tatapan jijik dan lebih diterima.

"Niqab dan masker menjadi lebih dapat diterima, dan itu menunjukkan kita berada di dalamnya bersama dalam pandemi ini, dan mudah-mudahan setelah itu juga di masa mendatang," ujarnya.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sebelumnya sempat mengejek perempuan Muslim yang menggunakan burka dan niqab seperti kotak surat. Bahkan membandingkan mereka seperti perampok bank. Boris juga menolak meminta maaf atas ujarannya tersebut.

"Sekarang setiap orang harus memakai masker, (mereka sekarang) menyadari niqab bukanlah hal yang aneh. Alasan mengapa orang tidak menyukai niqab adalah karena mereka tidak terbiasa melihatnya,” kata seorang warga London, Fatima Barkatulla.

 

https://www.vanityfair.com/style/2020/08/muslim-women-niqabs-pandemic

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement