REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, berharap pandemi virus corona akan berakhir dalam waktu kurang dari dua tahun, Jumat (21/8). Dia merujuk dengan kondisi flu Spanyol tahun 1918 yang membutuhkan waktu dua tahun untuk diatasi.
"Tentunya dengan lebih banyak konektivitas, virus memiliki peluang lebih besar untuk menyebar," ujar Ghebreyesus dikutip dari BBC News.
Tapi, Ghebreyesus menegaskan kemajuan teknologi saat ini dapat memungkinkan dunia untuk menghentikan virus dalam waktu yang lebih singkat. "Namun pada saat yang sama, kita juga memiliki teknologi dan pengetahuan untuk menghentikannya," katanya.
Dengan kemajuan teknologi yang bisa mempersingkat dalam penghentian penyebaran virus, Ghebreyesus menekankan pentingnya persatuan nasional yang dibarengi solidaritas global. Dia mencekal segala jenis korupsi yang dilakukan ketika melawan pandemi.
"Segala jenis korupsi tidak bisa diterima. Namun, korupsi terkait APD, bagi saya sebenarnya pembunuhan. Karena jika petugas kesehatan bekerja tanpa APD, kita mempertaruhkan nyawa mereka. Dan itu juga membahayakan nyawa orang yang mereka layani," ujar Ghebreyesus.
Flu Spanyol menewaskan sedikitnya 50 juta orang. Virus corona sejauh ini telah menewaskan hampir 800 ribu orang dan menginfeksi 22,7 juta lainnya.
Sejumlah negara mengumumkan jumlah kasus virus corona tertinggi dalam beberapa bulan. Korea Selatan mencatat 324 kasus baru menjadikan total satu hari tertinggi sejak Maret.
Negara Eropa juga mengalami kenaikan. Polandia dan Slovakia keduanya mengumumkan rekor infeksi harian baru dengan masing-masing 903 dan 123 kasus pada Jumat. Sementara Spanyol dan Prancis telah mengalami peningkatan dramatis dalam beberapa hari terakhir.
Di Lebanon, penguncian parsial selama dua minggu, termasuk jam malam mulai berlaku. Keputusan ini diambil karena negara itu mengalami jumlah kasus tertinggi sejak pandemi dimulai.