REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Otoritas Afghanistan mengklaim telah membunuh sekurangnya 100 milisi Taliban di beberapa wilayah, Jumat (21/8) waktu setempat. Pertempuran meningkat di tengah proses perdamaian yang terhenti.
Seperti dilansir laman Anadolu Agency, angka terbaru yang dikeluarkan oleh unit Tentara Nasional Afghanistan (ANA) menunjukkan setidaknya 114 pemberontak tewas dalam serangan udara dan darat dalam 24 jam terakhir hingga Jumat (21/8) waktu setempat. Sementara, 209 Korps Shaheen mengatakan, kelompok milisi Taliban mencoba melancarkan berbagai serangan skala besar di Provinsi Balkh, Faryab, Jawzjan dan Sar-e-Pul.
Dalam sebuah pernyataan, mereka mengatakan semua serangan ini berhasil dipuku; mundur dan korban berat menimpa para pemberontak. Sebanyak 52 pejuang Taliban tewas dan 26 lainnya terluka dalam serangan balasan.
Secara terpisah, 217 Pamir Corps di timur laut negara itu mengeluarkan pernyataan yang mengatakan serangan Taliban semalam di Jalan Raya Utama Kunduz-Khan Abad berhasil digagalkan. Laporan mengatakan, 38 pemberontak tewas dan 16 lainnya terluka.
Di selatan negara itu, 205 Korps Attal militer mengatakan sedikitnya 24 pemberontak tewas dalam baku tembak di provinsi Uruzgan yang bergolak. Tidak disebutkan kerugian yang diderita oleh pasukan keamanan dan Taliban belum berkomentar.
Ketidaksepakatan mengenai pertukaran tahanan antara pemerintah Afghanistan dan Taliban telah menunda negosiasi perdamaian yang direncanakan berdasarkan kesepakatan AS-Taliban yang ditandatangani pada Februari untuk mengakhiri perang 19 tahun.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada Kamis kemarin mendesak Taliban untuk meletakkan senjata mereka dan memulai pembicaraan damai intra-Afghanistan yang diusulkan. "Kami tidak hanya menunjukkan kemauan dan komitmen kami, tetapi telah mengambil langkah-langkah praktis untuk mencapai (perdamaian) itu," katanya.