REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Penemuan Turki atas 320 miliar meter kubik (bcm) gas alam di Laut Hitam akan memainkan peran penting dalam mengurangi tagihan impor gas tahunan negara tersebut sebesar USD12 miliar serta akan mengubah dinamika kawasan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan penemuan itu sebagai "penemuan gas terbesar di negara itu dalam sejarahnya."
Penemuan ladang di zona Tuna-1 di Ladang Gas Sakarya, yang berada sekitar 170 kilometer lepas pantai Laut Hitam, merupakan hasil dari usaha keras Turki untuk menemukan sumber hidrokarbon dalam negeri.
Kapal bor Fatih yang mulai melakukan pengeboran di lokasi tersebut pada 20 Juli 2020 menemukan sumur tersebut setelah sebulan melakukan kegiatan pengeboran.
Ini menandai penemuan gas laut dalam lepas pantai pertama Turki dengan sumber domestik dan kapal negara itu di wilayah Laut Hitam.
Turki telah bekerja sama dengan perusahaan internasional seperti ExxonMobil, Shell dan BP untuk melakukan pemboran di Laut Hitam meski Turki masih terus melakukan aktivitas seismik dan pengeboran di Mediterania.
Ini adalah pemboran laut dalam nasional pertama di Laut Hitam dan pemboran laut dalam ke-9 di Turki, bersamaan dengan pemboran yang telah selesai dan sedang berlangsung di Mediterania.
Penemuan ini diharapkan dapat menarik perusahaan energi internasional ke Laut Hitam karena akan membuka jalan bagi penemuan Turki di masa depan.
Turki berupaya untuk meningkatkan produksi gas domestik karena negara ini 99 persen bergantung pada impor baik melalui jaringan pipa maupun gas alam cair (LNG).
Sebagian besar impor berasal dari Rusia sedangkan Azerbaijan dan Iran juga memiliki andil yang signifikan dalam impor gas Turki.
Karena meningkatnya tingkat investasi dalam infrastruktur LNG, Turki mencapai peningkatan penggunaan LNG dalam campurannya dengan kargo LNG dari tujuan-tujuan utama termasuk AS, Norwegia, Qatar, Aljazair.
Turki mengimpor 45,3 bcm gas alam tahun lalu yang dibayar sekitar USD12 miliar. Total tagihan untuk impor gas sangat bergantung pada harga minyak, dan kontrak gas indeks minyak jangka panjang Turki dengan Rusia, Iran dan Azerbaijan secara langsung berkontribusi pada defisit perdagangan luar negeri negara.
Harga impor gas yang lebih tinggi mendorong defisit neraca negara ke tingkat yang lebih tinggi karena Turki sangat bergantung pada impor gas alam untuk konsumsinya.
Turki telah membayar lebih dari USD20 miliar untuk impor gasnya pada 2014 ketika harga minyak mencapai sekitar USD120 per barel. Tagihan impor gas negara itu mundur ke level antara USD10-15 miliar pada tahun-tahun berikutnya.
Kemungkinan produksi 10 bcm per tahun diperkirakan akan mengurangi defisit perdagangan negara sekitar USD3 miliar per tahun.
Cadangan itu 20 kali lebih besar dari total produksi gas Turki hingga saat ini
Cadangan yang baru ditemukan itu hampir 20 kali lebih besar dari produksi gas domestik Turki yang mencapai 16,6 bcm.
Produksi gas tahunan Turki mencapai 473,8 juta meter kubik pada 2019 - jumlah tersebut diproduksi oleh perusahaan minyak Turki dan perusahaan domestik serta internasional lainnya.
Cadangan gas Turki yang tersisa berada pada 3,3 bcm, sebagian besar di ladang darat.
Penemuan cadangan gas sebesar 320 bcm itu muncul setelah penelitian ekstensif di daerah tersebut oleh kapal seismik Barbaros Hayrettin Pasa dan MTA Oruc Reis selama 2 tahun terakhir.
Pemerintah berencana memulai produksi gas dari ladang tersebut pada tahun 2023.
Besarnya investasi di Lapangan Gas Sakarya akan ditentukan tergantung pada struktur geologi lokasi serta jumlah ladang dan teknologi yang akan digunakan.
Oleh karena itu, sulit untuk memperkirakan jumlah pasti investasi karena penemuan tersebut juga bisa menjadi bagian dari cadangan yang lebih besar di daerah tersebut.
Potensi ekspor gas Turki
Kepala Asosiasi Distributor Gas Alam Turki (GAZBIR) Yasar Arslan mengatakan bahwa Turki mengimpor 45,3 bcm gas alam pada 2019 dan membayar sekitar USD12 miliar untuk jumlah tersebut.
"Dengan kemungkinan tingkat produksi 10 bcm per tahun, tagihan impor gas alam kami akan turun sekitar USD2,6 miliar per tahun," ujar dia.
Arslan mengatakan ‘mengingat ketergantungan impor Turki, peningkatan produksi lokal sangat penting dalam banyak hal.’
"Dalam 5 tahun ke depan, sekitar 30 bcm kontrak gas alam jangka panjang Turki akan selesai. Kapasitas produksi di ladang gas alam yang ditemukan akan memberikan kesempatan untuk memenuhi sebagian konsumsi dengan produksi dalam negeri dan itu akan menciptakan kelebihan kapasitas dan pasokan gas," ungkap dia.
“Dengan demikian, lebih banyak produksi dalam negeri akan menciptakan peluang besar dalam pembentukan harga dan keragaman pasokan di tahun-tahun mendatang,” lanjut Arslan.
Kelebihan pasokan dapat menciptakan kemungkinan ekspor gas alam ke Turki dalam jangka menengah dan panjang, tutur Arslan.
Penemuan gas ini akan meningkatkan opsi negosiasi Turki
Pemimpin Industri Energi dan Sumber Daya Alam Deloitte Turki Elif Dusmez Tek mengatakan bahwa penemuan gas alam itu merupakan perkembangan yang sangat penting bagi Turki.
“Tentu masih banyak langkah yang harus diambil untuk mengembangkan proyek dan ketidakpastian,” sebut dia.
"Namun, di sektor energi yang terus berubah, gas alam akan terus memainkan peran penting sebagai sumber energi yang dapat diandalkan. Jadi, penemuan ini sangat penting bagi Turki."
Dia mengatakan bahwa menyusutnya permintaan dengan penurunan harga minyak dan gas dapat berdampak negatif terhadap kelayakan penemuan baru.
“Namun bagi negara kita yang sangat bergantung pada impor gas, keberadaan cadangan tersebut memiliki unsur kepentingan strategis dalam hal keamanan pasokan dan daya tawar,” jelas dia.
BACA JUGA: Turki Masuki Era Sejarah Baru
Tek menggarisbawahi bahwa penemuan ini harus dianggap sebagai perkembangan yang memperkuat posisi Turki dalam membentuk kembali kontrak gas alam jangka panjang yang akan habis di tahun-tahun mendatang.
https://www.aa.com.tr/id/turki/penemuan-gas-di-laut-hitam-jadi-tanda-turki-masuk-era-baru/1949682