Sabtu 22 Aug 2020 17:42 WIB

Presiden Belarus: AS Dalang Rusuh dan Demonstrasi

Para pengunjuk rasa ditangkap untuk menahan kian besarnya gelombang demonstrasi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.
Foto: EPA
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko.

REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, menuduh Amerika Serikat (AS) menjadi dalang demonstrasi besar-besaran di negara tersebut. AS telah mengobarkan kerusuhan. Beberapa pengunjuk rasa pun telah ditangkap untuk menahan semakin membesarnya demonstrasi yang terjadi setelah pemilihan umum.

"AS sedang merencanakan dan mengarahkan segalanya, dan orang-orang Eropa mempermainkannya," kata Lukashenko, Jumat (21/8).

Baca Juga

Pemimpin berusia 65 tahun itu menyalahkan AS karena memicu protes yang dimulai pada malam pemilihan dan meningkat setelah pejabat menyatakannya sebagai pemenang dengan 80 persen suara.

Pihak berwenang di Belarusia menangkap seorang pemimpin pekerja pabrik yang mogok dan mengancam para demonstran dengan tuduhan pidana pada hari Jumat. Hal itu dilakukan  untuk menghentikan protes besar-besaran pascapemilihan yang menantang presiden otoriter negara itu.

Sebelumnya AS menggambarkan pemilihan presiden Belarus tidak bebas dan tidak adil. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump mendesak pihak berwenang untuk terlibat dalam dialog dengan dewan oposisi. Para pemimpin Uni Eropa sedang mempersiapkan sanksi terhadap pejabat Belarus.

Lukashenko dengan blak-blakan menolak tawaran Barat untuk menengahi pemerintahan dan oposisi. Dia mengatakan kepada AS dan UE untuk mengurus bisnis mereka sendiri. "Mereka harus membereskan urusannya sendiri dulu," katanya.

Kementerian Dalam Negeri Belarus mengatakan, Yevgeny Bokhvalov yang mengorganisir pemogokan di Pabrik Mobil Minsk telah ditahan. Pekerja di pabrik yang memproduksi truk berat telah melakukan pemogokan sejak awal pekan ini dalam upaya mendorong pengunduran diri Lukashenko, seperti halnya pekerja di banyak pabrik industri lainnya di seluruh negeri.

Komite pemogokan di pabrik di Soligorsk mengatakan agen dari badan keamanan negara KGB menahan salah satu penyelenggara pemogokan, Dmitry Kudelevich. Namun, dia berhasil melarikan diri melalui jendela toilet dan melarikan diri ke negara tetangga Ukraina.

Dalam upaya untuk membendung demonstrasi harian, Jaksa Agung Belarus, Alexander Konyu, memperingatkan bahwa peserta protes yang tidak berizin dapat menghadapi tuntutan pidana. Selama empat hari pertama protes pasca pemilu, polisi menahan hampir 7.000 orang dan melukai ratusan orang dengan peluru karet, granat kejut, dan pentungan.

Setidaknya tiga pengunjuk rasa tewas dan banyak yang menunjukkan luka memar serius akibat pukulan polisi. Tindakan keras yang ganas tersebut memicu kemarahan besar-besaran dan membengkaknya barisan pengunjuk rasa, memaksa pihak berwenang untuk mengubah taktik dan berhenti membubarkan massa.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement