REPUBLIKA.CO.ID, KINMEN -- Di tengah ketegangan yang meningkat antara Amerika Serikat (AS) dan China, perwakilan AS di Taiwan untuk pertama kalinya mengikuti acara peringatan pertempuran terakhir militer Taiwan melawan China, yang digelar pada Ahad (23/8). Brent Christensen, perwakilan AS, menghaturkan penghormatan dalam acara tersebut sebagai simbolisasi dukungan AS terhadap Taiwan.
"Peringatan semacam ini mengingatkan kita bahwa kerja sama keamanan AS dan Taiwan hari ini dibangun di atas sejarah panjang dan membanggakan yang menunjukkan frasa 'Kawan Sejati, Kemajuan Nyata'," kata Christensen lewat pernyataan resmi Institut Amerika, Ahad.
Pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen meletakkan karangan bunga serta menundukkan kepalanya dalam rangka memberikan penghormatan di taman makam di Pulau Kinmen. Taman makam itu jaraknya hanya sekitar beberapa kilometer dari kota metropolis China, Xiamen.
Pada Agustus 1958, pasukan China mulai membombardir Pulau Kinmen, juga Kepulauan Matsu yang berada di bawah kendali Taiwan, selama lebih dari satu bulan sebagai upaya untuk membuatnya tunduk kepada China. Saat itu, Taiwan melawan dengan bantuan dari AS, yang mengirimkan peralatan militer seperti peluru kendali anti pesawat sehingga Taiwan mempunyai keunggulan dalam aspek teknologi. Pertempuran berakhir tanpa kemenangan salah satu pihak ataupun kesepakatan.
Dalam peringatan 62 tahun dimulainya krisis kedua Selat Taiwan itu, Christensen, yang berdiri di belakang Tsai, juga meletakkan karangan bunga di monumen sebagai penghormatan untuk dua anggota militer AS yang tewas dalam sebuah serangan oleh China di Kinmen pada 1954. Kantor otoritas Taiwan menyampaikan bahwa pihaknya berterima kasih kepada Christensen yang telah berpartisipasi dalam acara, yang menurut mereka digelar untuk mengingatkan masyarakat Taiwan akan pentingnya membela kebebasan dan demokrasi.
Mayor Jenderal Liu Qiang-hua, juru bicara Komando Pertahanan Kinmen, juga menyebut bahwa peringatan itu penting untuk mengingat masa yang krusial dalam menjamin keamanan Taiwan.
"Tentu saja kami berharap tidak akan ada perang, namun berbahaya jika kita melupakan perang. Ini adalah semangat yang kita perlukan untuk menjaga keamanan," kata Liu.
AS tidak menjalin relasi diplomatik formal dengan Taiwan, namun menjadi pemasok senjata terbesar untuk wilayah itu. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump belakangan ini telah membuat peningkatan hubungan dengan Taiwan, yang memicu kemarahan China.
Kinmen saat ini populer sebagai tujuan wisata, sekalipun sisa-sisa pertempuran masa lalu --seperti bungker-- masih tersebar di seluruh wilayah itu, dibarengi dengan keberadaan pasukan militer Taiwan.