REPUBLIKA.CO.ID, oleh Adysha Citra Ramadhani, Idealisa Masyrafina, Indira Rezkisari
Kebiasaan menyeruput kopi di Korea Selatan ternyata mengakibatkan setidaknya 50 orang terinfeksi Covid-19. Diduga faktor pendingin ruangan atau AC turut membantu penyebaran Covid-19 ke pengunjung kedai kopi lainnya.
Starbucks di area Paju, sebelah utara Seoul, kini menjadi klaster baru setelah 55 kasus infeksi Covid-19 berkaitan dengan kunjungan ke Starbucks tersebut. Ahli epidemiologi, Dr Eric Feigl Ding melalui akun Twitter resminya, dikutip oleh Republika.co.id, memberi penjelasan bagaimana Covid-19 menyebar di Starbucks tersebut.
"(Ini) mengacu adanya aerosol," ungkap Dr Eric. Mengacu pada beberapa portal berita Korea Selatan, Dr Eric mengatakan ada sekitar 5-6 AC yang terpasang di gerai kopi tersebut. Sedangkan pengunjung yang terinfeksi Covid-19 tampak menghabiskan waktu sekitar 2-2,5 jam di sana.
Pengunjung terinfeksi Covid-19 tersebut duduk tepat di depan salah satu AC yang terpasang di gerai Starbucks Paju. Dia tampak berbincang dengan rekannya salama berada di sana.
Sebuah laporan mengungkapkan bahwa ada 27 pengunjung Starbucks Paju yang akhirnya tertular. Bila ditambahkan dengan penularan sekunder dan tersier, pengunjung Starbucks tersebut telah menginfeksi 54 orang.
"Per 18 Agustus, setidaknya 54 orang telah dikonfirmasi berkaitan dengan infeksi sekunder dan tersier," jelas Dr Eric.
Dr Eric mengatakan otoritas karantina meyakini bahwa virus SARS-CoV-2 bisa menyebar dengan cepat di sana karena dibantu oleh angin dari AC. Hal ini cukup mengkhawatirkan mengingat penggunaan AC di Korea Selatan mulai meningkat karena musim hujan sudah berakhir dan udara panas mulai datang.
"Dan ventilasi merupakan hal yang sulit di beberapa fasilitas," ungkap Dr Eric.
Petugas Pusat Pengendalian Penyakit Korea Selatan juga menyatakan pengunjung tidak menggunakan masker saat bersantap di dalam gerai Starbucks Paju. Di saat yang sama, AC dioperasikan tanpa adanya ventilasi yang cukup.
Penyebaran droplet bisa terjadi sejauh dua meter atau lebih di dalam ruangan yang tertutup. Oleh karena itu, melepas masker di ruangan tertutup merupakan hal yang sangat berisiko dan sebaiknya dihindari sebisa mungkin.
Seperti dilansir Arirang, sebanyak 27 pengunjung yang tertular Covid-19 di Starbucks Paju tidak menggunakan masker saat berada di dalam ruangan. Di sisi lain, para pegawai yang bertugas pada saat itu tak ada yang tertular. Alasannya, para pegawai bekerja dengan mengunakan masker ketika pengunjung terinfeksi Covid-19 tersebut datang berkunjung.
Sebelum klaster Starbucks, awal bulan ini ada 15 kasus baru yang dikaitkan dengan kedai kopi yaitu Hollys Coffee di Gangnam, daerah selatan Seoul. Kepala Korea Centers for Disease Control and Prevention (KCDC), Jeong Eun-kyeong, mengatakan banyak pengunjung kedai kopi tidak mengenakan masker. Untuk kasus Starbucks, ia menyebut tampaknya tidak ada ventilasi udara yang sesuai meskipun AV bekerja dengan baik di saat udara lembab musim panas.
"Meski jika infeksi tidak terjadi melalui transmisi aerosol, transmisi droplet juga sangat mungkin di ruang tertutup dan virus pun mudah menyebar melalui kontak tangan," kata Jeong Eun-kyeong, dilansir dari Yonhap News Agency.
Kasus penyebaran Covid-19 di Korea telah membuat pemerintah memberlakukan pembatasan jarak fisik level 2. Yaitu, menutup fasilitas yang rentan penyebaran Covid-19 seperti klub malam, kafe internet, dan restoran prasmanan. Kedai kopi dan restoran namun bukan termasuk fasilitas yang dianggap berisiko tinggi.
Profesor Divisi Penyakit Menular di Korea University Ansan Hospital, Choi Won-suk, mengatakan masyarakat harus berhati-hati saat di kafe. "Mereka harus mematuhi aturan protokol kesehatan, menggunakan masker dan mencuci tangan," katanya.
Bagi orang Korea Selatan, pergi ke kedai kopi dan minum kopi adalah kebiasaan. Terbukti dengan adanya kedai kopi di hampir tiap ujung jalan.
Berdasarkan laporan dari Hyundai Research Institute, di tahun 2018 orang Korea Selatan meminum 353 gelas kopi per orang dalam satu tahun. Jumlah tersebut tiga kali lipat lebih banyak dari jumlah rata-rata dunia yakni 132 gelas per orang per tahun.
Di penghujung 2019, terdapat 93 ribu kedai kopi di Korea Selatan berdasarkan data Kementerian UKM. Sebanyal 42.600 kedai kopi tersebut berada di kawasan Seoul dan sekitarnya.
Pakar mengatakan, wabah virus di kedai kopi bisa terjadi kapan saja. Alasannya, sirkulasi udara di kedai kopi umumnya tertutup. Sehingga sirkulasi udara menjadi terhambat.
Otoritas Korea Selatan melaporkan kenaikan harian tertinggi dalam kasus Covid-19 baru sejak awal Maret pada hari Ahad (23/8). KCDC melaporkan 397 infeksi baru pada Sabtu tengah malam, naik dari 332 hari sebelumnya dan menandai lebih dari seminggu kenaikan tiga digit harian. Jumlah ini membuat total infeksi virus Corona baru Korea Selatan menjadi 17.399 dengan 309 kematian Covid-19.
Mulai Ahad (23/8), pemerintah memperpanjang aturan jarak sosial level kedua yang telah diberlakukan di Seoul ke daerah lain di negara itu, melarang pertemuan gereja secara langsung dan menutup klub malam, restoran dan kafe cyber.
Otoritas kesehatan mengatakan bahwa mereka pada akhirnya dapat menerapkan aturan jarak sosial tahap 3 yang paling sulit, di mana sekolah dan bisnis didesak untuk ditutup, jika tingkat peningkatan infeksi baru tidak segera melambat.
"Kami berada di ambang pandemi nasional karena jumlah kasus baru meningkat di 17 wilayah di seluruh negeri," kata Jeong Eun-kyeong. "Harap tinggal di rumah sebanyak mungkin, kecuali jika Anda benar-benar perlu (keluar) untuk keperluan, atau untuk bekerja dan mengunjungi dokter," tambahnya.
Banyak masyarakat yang mengunggah catatan di media sosial yang mengatakan mereka telah membatalkan rencana liburan ke hotel terdekat dan pulau resor selatan Jeju untuk mematuhi pedoman pemerintah.
Pada hari Jumat, otoritas kesehatan mengatakan infeksi virus corona Korea Selatan kembali meluas karena ratusan infeksi keluar dari Gereja Presbyterian Sarang Jeil yang dijalankan oleh seorang pengkhotbah sayap kanan.
Jeong mengatakan sejauh ini total 841 kasus yang dikonfirmasi terkait dengan gereja tersebut. Anggota gereja yang menghadiri protes anti-pemerintah di Seoul pada 15 Agustus juga telah menyebabkan kasus-kasus baru di seluruh negeri, sementara kelompok lain baru-baru ini telah dikaitkan dengan toko Starbucks, dilansir dari Reuters.