REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) menggelar pelatihan Satuan Tugas Covid-19 Pesantren (SCP) di berbagai provinsi. Pada Ahad (23/8) kemarin, RMI kembali menggelar SCP angkatan ketiga untuk Wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Dalam pelatihan kali ini diikuti oleh 126 pesantren dari Jateng dan 74 pesantren dari Jawa Barat. Pelatihan ini dianggap sangat penting bagi pesantren di masa pandemi Covid-19 saat ini, sehingga keluarga pesantren bisa terhindar dari bahaya penularan virus ini.
Ketua Umum RMI PBNU, KH. Abdul Ghafarrozin atau Gus Rozin mengatakan, Covid-19 sudah menjadi ancaman yang sangat serius bagi pesantren. Salah satu indikatornya adalah munculnya kluster baru dari pesantren, sehingga perlu untuk melakukan sebuah langkah pencegahan dan penanggulangan.
Beberapa waktu lalu bahkan beberapa kiai di pesantren juga wafat lantaran positif Covid-19. Hal ini tentu menjadi perhatian khusus terhadap kesehatan keluarga pesantren, sehingga RMI PBNU menggelar pelatihan Satgas Covid-19 Pesantren.
‘‘Memang telah terjadi penularan Covid di Pesantren, tapi pesantren tak boleh menyerah dengan wabah ini (Covid-19). Harus ada ikhtiar dzohir dan batin. Protokol kesehatan yang telah kita buat harus kita jalani dengan disiplin dan istiqomah," ujar Gus Rozin dalam siaran pers yang diterima //Republika.co.id//, Senin (24/7).
"Bila menilik dalam kitab kuning setidaknya ada dua maqasid al-syariah yang kita pegangi sekarang ini yaitu, hifdzun nafs (menjaga jiwa) dan hufdzun nasl (menjaga keturunan),’’ imbuhnya.
Pelatihan SCP angkatan ketiga ini juga dihadiri Ketua Satgas Covid-19 Forum Komunikasi Pengasuh Pesantren Kajen (FKPPK), Itqonul Hakim atau Gus Itqon. Dia memberikan banyak pengalaman dalam menangani kejadian langsung di lapangan. Menurut dia, pesantren harus terbuka dalam hal informasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menyelesaikan wabah yang ada di Pesantren.
Pelatihan SCP untuk Jateng dan Jabar ini menghadirkan beberapa narasumber. Diantaranya adalah dr. Heri Munajib dari Perhimpunan Dokter NU. Dia dokter RS Dr. Soetomo Surabaya yang sebelumnya juga pernah menjadi pasien Covid-19 positif. Namun, dia sekarang sudah sehat dan mendirikan komunitas Santri Husada Insani (Santri Husain).
Selain itu, hadir juga Prof Madarina Julia dari Forum Silaturahim Nahdliyyin Gadjah Mada, UGM Yogyakarta. Ning Alissa Wahid dari LKK NU, Ketua Satkor Covid-19 RMI PBNU, Ulun Nuha, dan Ketua Divisi Media Satkor Covid-19 RMI PBNU, Abdulloh Hamid.
Sebelumnya, RMI PBNU juga sudah menggelar pelatihan SCP bacth 1 Nasional untuk 170 pesantren. Kemudian, RMI PBNU kembali menggelar SCP bacth 2 di wilayah Tapal Kuda dan Madura yang diikuti oleh 150 pesantren.
Kasus penularan Covid-19 setidaknya sudah terjadi di 26 pesantren dan ada tujuh pesantren yang menjadi kluster. Ini bukan aib yang harus ditutupi, tapi perlu disampaikan terhadap khalayak untuk waspada. Karena itu, pesantren harus memiliki SCP ini untuk melakukan tindakan preventif.
Peserta yang mengikuti pelatihan ini dapat membentuk Satgas di masing-masing pesantren, sehingga keluarga pesantren senantiasa terjaga dari wabah Covid-19. RMI PBNU akan terus mendampingi dan membangun aliansi strategis dengan SCP, serta akan terus berikhtiar untuk meningkatkan akses pesantren terhadap fasilitas dan tenaga kesehatan.