Senin 24 Aug 2020 13:33 WIB

Aparat Rusia Awasi Gerak-Gerik Pemimpin Oposisi Navalny

Petugas mengikuti pergerakan dan pertemuan Navalny di Tomsk.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Alexei Navalny, blogger anti-Kremlin yang merupakan pemimpin oposisi Rusia
Foto: AP
Alexei Navalny, blogger anti-Kremlin yang merupakan pemimpin oposisi Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Surat kabar Rusia melaporkan, pemimpin oposisi Alexei Navalny berada dalam pengawasan ekstensif pemerintah selama perjalanan ke Siberia. Juru bicara Navalny, Kira Yarmysh mengatakan, pengawasan polisi terlihat sangat jelas selama persinggahan di Kota Novosibirsk.

Sebuah artikel yang diterbitkan oleh surat kabar Moskovsky Komsomolets menyatakan, seorang sumber dari kepolisian menggambarkan bahwa petugas mengikuti pergerakan dan pertemuan Navalny di Tomsk. Polisi juga mengidentifikasi apartemen yang menjadi tempat tinggalnya dengan melacak pengiriman sushi, dan mengumpulkan kwitansi dari toko-toko setempat.

Baca Juga

Bahkan, polisi menguntit Navalny ketika melakukan perjalanan singkat ke luar kota untuk berenang di sungai Tom. Artikel dalam surat kabar itu dibuat untuk menunjukkan bawah Navalny tidak diracuni ketika berada di kota. "Petugas keamanan cenderung percaya bahwa jika peristiwa yang terkait dengan keracunan benar-benar terjadi, maka kejadian itu mungkin terjadi di bandara atau di pesawat," tulis surat kabar itu.

Menanggapi artikel dalam surat kabar tersebut, Yarmysh mengatakan kepada Guardian, Navalny beserta rombongan menyadari bahwa mereka diikuti. Hal itu terjadi sepanjang waktu, bahkan ketika Navalny pergi ke daerah untuk perjalanan bisnis.

"Jadi detailnya sama sekali tidak mengejutkan kami. Yang mengejutkan adalah fakta bahwa mereka memutuskan untuk mengungkapkannya kepada publik begitu saja, seolah mengikuti warga biasa dan bahkan mengklaim tagihan mereka dari supermarket adalah bukan masalah besar," ujar Yarmysh.

Navalny pingsan dalam penerbangan kembali ke Moskow pada Kamis (20/8). Dia diduga mengalami keracunan setelah meminum teh dalam penerbangan. Dia dipindahkan dari rumah sakit di kota Omsk, Siberia ke rumah sakit Charite di Berlin pada Sabtu (22/8) untuk menjalani perawatan intensif. Seorang aktivis dari Cinema for Peace, Jaka Bizilj mengatakan, kondisi Navalny sangat mengkhawatirkan.

Sebelumnya, dokter di rumah sakit di kota Omsk menolak untuk memindahkan Navalny ke luar negeri. Dokter tersebut mengatakan, kondisi Navalny tidak memungkinkan untuk dipindahkan ke rumah sakit yang lebih jauh. Akibatnya, Navalny harus tertahan di rumah sakit di Omsk selama 12 jam.

Para pendukung Navalny menuding rumah sakit di Omsk membahayakan nyawanya, karena menunda rujukan ke rumah sakit di Berlin. Pendukung Navalny mengklaim, dokter di Omsk berada di bawah tekanan pemerintah untuk menutupi bukti.

Sementara, pejabat di Omsk mengatakan, berdasarkan hasil tes medis tidak ada tanda yang menunjukkan bahwa Navalny telah diracun. Navalny berhasil dipindahkan ke Berlin setelah istrinya, Yulia secara langsung mengajukan petisi kepada Presiden Vladimir Putin.

Pada Jumat (21/8), Direktur Yayasan Anti-Korupsi Navalny, Ivan Zhdanov mengatakan, seorang pejabat polisi telah memberikan informasi bahwa mereka telah menemukan "zat mematikan". Tetapi menolak untuk membocorkan dengan alasan penyelidikan yang sedang berlangsung.

"Zat ini menghadirkan risiko bagi kehidupan tidak hanya Alexei tetapi juga orang-orang di sekitarnya," ujar Zhdanov.

Rumah sakit di Berlin sebelumnya juga telah merawat seorang kritikus Rusia lainnya yaitu Pyotr Verzilov karena diduga keracunan pada 2018. Dalam sebuah wawancara, Verzilov mengatakan, gejala yang ditunjukkan oleh Navalny sangat mirip dengan gejala yang dialaminya ketika keracunan.

"Sangat mirip dengan gejala saya, termasuk keringat tiba-tiba, kehilangan koordinasi dan akhirnya kehilangan kesadaran," ujar Verzilov.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement