Selasa 25 Aug 2020 03:40 WIB

Akademisi: Perempuan Lebih Terlindungi dari Covid-19

Secara psikologis dan naluri, perempuan lebih perhatian dan waspada Covid-19.

Red: Ani Nursalikah
Akademisi: Perempuan Lebih Terlindungi dari Covid-19. Pekerja perempuan memproduksi alat pelindung diri sebuah perusahaan garmen.
Foto: ANTARA/M RISYAL HIDAYAT
Akademisi: Perempuan Lebih Terlindungi dari Covid-19. Pekerja perempuan memproduksi alat pelindung diri sebuah perusahaan garmen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar psikologi politik Universitas Indonesia Prof Hamdi Muluk mengatakan secara psikologi dan dari perilaku, perempuan relatif lebih terlindungi dari Covid-19 daripada laki-laki.

"Studi dari seluruh negara memang menunjukkan perilaku perempuan dalam melindungi diri agar tidak tertular dan menulari Covid-19 lebih tinggi," kata Hamdi dalam bincang-bincang Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang disiarkan akun Youtube BNPB Indonesia dari Graha BNPB, Jakarta, Senin (24/8).

Baca Juga

Hamdi mengatakan secara kognitif, perempuan lebih takut tertular Covid-19 karena persepsi risiko mereka lebih tinggi. Hal itu berbeda dengan laki-laki yang persepsi risikonya lebih rendah bahkan cenderung menganggap enteng Covid-19.

Hal itu diperkuat oleh faktor budaya yang mencitrakan laki-laki sebagai sosok yang maskulin dan perkasa sehingga dianggap tidak akan tertular Covid-19. Menurut Hamdi, pandangan tersebut jelas suatu hal yang keliru karena virus tidak memandang laki-laki atau perempuan saat menjangkiti.

"Secara psikologi laki-laki juga memiliki kecenderungan lebih tinggi dalam mengambil risiko. Karena itu, laki-laki lebih banyak keluar rumah. Apalagi sebagai kepala rumah tangga, laki-laki harus keluar rumah untuk bekerja," ujarnya.

Karena itu, perlu peran perempuan yang biasanya merupakan pengambil keputusan akhir di dalam rumah tangga dan lebih disiplin, termasuk dalam menjalankan protokol kesehatan. "Biasanya, istri lebih disiplin dan lebih kuat dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Masalahnya ketika laki-laki berada di luar rumah, kemudian tidak ada pengawasan. Padahal, kepatuhan dalam menjalankan protokol kesehatan di ruang publik lebih rendah daripada di tingkat rumah tangga," katanya.

Hamdi mengatakan secara psikologis dan naluri, perempuan lebih perhatian kepada keluarga, lebih waspada, dan lebih patuh terhadap protokol kesehatan karena memiliki persepsi risiko yang lebih tinggi. "Karena itu, perempuan lebih bisa diandalkan untuk menjadi agen perubahan terhadap adaptasi kebiasaan baru di banyak tempat," katanya.

 

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًاۘ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْۗ هٰذِهٖ نَاقَةُ اللّٰهِ لَكُمْ اٰيَةً فَذَرُوْهَا تَأْكُلْ فِيْٓ اَرْضِ اللّٰهِ وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْۤءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
Dan kepada kaum Samud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini (seekor) unta betina dari Allah sebagai tanda untukmu. Biarkanlah ia makan di bumi Allah, janganlah disakiti, nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih.”

(QS. Al-A'raf ayat 73)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement