Senin 24 Aug 2020 23:52 WIB

Begini Kondisi Yerusalem di Bawah Kekuasaan Khalifah Islam

Yerusalem menjunjung tinggi toleransi di bawah pemerintahan Islam.

Yerusalem menjunjung tinggi toleransi di bawah pemerintahan Islam. Suasana umat Islam di Yerusalem, Palestina.
Foto: AP / Illean Mahmoud
Yerusalem menjunjung tinggi toleransi di bawah pemerintahan Islam. Suasana umat Islam di Yerusalem, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, Yerusalem memasuki babak baru ketika tentara Islam di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab mulai melakukan ekspansi pertama.

Umar memerintahkan jenderal perang Muslim, Khalid bin Walid dan Abu Ubaidah bin Jarrah untuk menaklukan kepongahan Kerajaan Bizantium. Pada 638 M, Yerusalem dapat ditaklukkan tentara Muslim beserta kota-kota lainnya seperti Mesir, Suriah, Damaskus hingga Maroko.

Baca Juga

Secara pribadi, Umar bin Khattab datang langsung ke Yerusalem untuk menerima penyerahan kota itu kepada kekhalifahan Islam. Awalnya, Umar ditawari untuk bersembahyang di dalam Church of the Holy Sepulcher, namun Umar menolak dan meminta supaya dibawa ke Masjidil Aqsa Al Haram Al Sharif.

Umar mendapati tempat itu dalam kondisi kotor. Ia lalu memerintahkan agar tempat itu dibersihkan. Khalifah pun membangun sebuah masjid kayu di tempat yang sekarang merupakan kompleks bangunan Masjid Al-Aqsa. Setelah itu, pemerintahan Umar membangun Kubah Sakhrah atau yang kemudian dikenal sebagai Kubah Umar.

Di bawah kepemimpinan Umar, kebebasan menjalankan ibadah dihormati. Toleransi antarumat beragama begitu harmonis. Setiap pemeluk agama bisa menjalankan ibadahnya sesuai agama dan keyakinannya secara tenang dan aman. Tak heran, jika kepala rahib Yerusalem amat berterima kasih kepada tentara Islam yang telah membebaskan mereka dari penindasan Bizantium.

Di bawah kekuasaan Islam, Yerusalem tumbuh begitu pesat. Selain di era Khulafa Ar-Rasyidin, pada masa pemerintahan kerajaan Ummaiyyah (650-750) dan kerajaan Abbasiyyah (750-969), kota Yerusalem berkembang. Banyak orang berpendapat bahwa Yerusalem pada ketika itu merupakan tanah yang paling subur di Palestina.

Sayangnya kerukunan umat beragama di kota tiga agama, Islam, Kristen, dan Yahudi itu akhirnya retak. Saat Al- Hakim Amr Allah, seorang khalifah kerajaan Fatimiyyah berkuasa, Gereja Jirat Suci dihancurkan. Konon, kebijakan khalifah inilah yang menjadi salah satu pemantik terjadinya Perang Salib. Yerusalem akhirnya ditaklukkan tentara Perang Salib pada 1099 M dari kekuasaan Khalifah Al-Musta’li.

Umat Islam, Yahudi, dan bahkan Kristen pun dibantai tentara Perang Salib. Tentara Perang Salib ternyata tak bisa membedakan orang Kristen yang tinggal di Yerusalem. Di Yerusalem pun lalu munculah kerajaan Kristen pertama dan Godfrey menjadi raja perdananya. Umat Islam kembali berhasil merebut kembali Yerusalem pada 1187 M di bawah komando pahlawan perang Islam, Salahuddin Al-Ayubi.

Kedamaian kembali tercipta di tanah Yerusalem. Tak ada pembantaian dan semua umat beragama bebas menjalankan keyakinannya. Namun pada 1243, Yerusalem jatuh kembali ke tangan tentara Salib. Pada 1517, Yerusalem kembali dikuasai Kerajaan Turki Utsmaniyyah. Yerusalem akhirnya terlepas dari genggaman kekuasaan umat Islam setelah Turki kalah dalam Perang Dunia I. 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement