REPUBLIKA.CO.ID, Khalin bin Walid memang panglima perang legendaris yang tanguh. Kiprah pertemanya justru ketika dia membawa pasukannya di dalam perang Uhud. Atas taktiknya, kala itu membuat porak-poranda pasukan Muslim.
Tapi kali ini bukan kisah perang Uhud yang diceritakan. Namun, kisah Khalid bin Walid memeluk Islam yang baru terjadi setelah peristiwa pembebasan Makkah (Fatkhu Makkah). Kisah ini ada dalam buku 'Sejarah Muhammad' karya penulis Mesir legendari, Muhammad Husain Haekal.
Begini tulisannya:
-----------
Sejarah telah membenarkan perkiraannya. Begitu ia berangkat kembali ke Medinah, Khalid bin’l-Walid - Jenderal Kavaleri kebanggaan Quraisy dan pahlawan perang Uhud itu telah berdiri di tengah-tengah sidang masyarakatnya sendiri sambil berkata:
“Sekarang nyata sudah bagi setiap orang yang berpikiran sehat, bahwa Muhammad bukan tukang sihir, juga bukan seorang penyair. Apa yang dikatakannya adalah firman Tuhan semesta alam ini. Setiap orang yang punya hati nurani berkewajiban menjadi pengikutnya.”
‘Ikrima bin Abi Jahl merasa ngeri sekali mendengar kata-katanya itu. “Khalid,” kata ‘Ikrima kemudian, “engkau telah bertukar agama.”3
Selanjutnya terjadi percakapan antara mereka sebagai berikut: Khalid Aku tidak bertukar agama, tetapi aku mengikuti agama Islam. ‘Ikrima Tak ada orang akan berkata begitu di kalangan Quraisy selain engkau.
Khalid :Mengapa?
Ikrima: Ya, sebab Muhammad sudah menjatuhkan derajat ayahmu ketika ia dilukai. Pamanmu dan sepupumu sudah dibunuhnya di Badr. Demi Allah, aku tidak akan masuk Islam dan tidak akan mengeluarkan kata-kata seperti kau itu, Khalid. Engkau tidak melihat Quraisy yang sudah berusaha hendak membunuhnya?
Khalid: Itu hanya semangat dan fanatisma jahiliah. Tetapi sekarang, setelah kebenaran itu bagiku sudah jelas, demi Allah aku mengikut agama Islam.
Setelah itu Khalid lalu mengutus pasukan berkudanya kepada Nabi menyatakan dirinya masuk Islam dan mengakuinya.
Khalid menganut Islam ini beritanya kemudian sampai juga kepada Abu Sufyan. Khalid di panggil.
“Benarkah apa yang kudengar tentang engkau?” tanya Abu Sufyan.
Setelah dijawab oleh Khalid, bahwa memang benar, Abu Sufyan marah-marah seraya katanya: “Demi Lata dan ‘Uzza. Kalau aku sudah mengetahui apa yang kaukatakan benar, niscaya engkaulah yang akan kuhadapi, sebelum aku menghadapi Muhammad.”
“Dan memang itulah yang benar, apa pun yang akan terjadi.”
Terbawa oleh kemarahannya ketika itu juga Abu Sufyan maju hendak menyerangnya. Tetapi ‘Ikrima yang pada waktu itu turut hadir segera bertindak mengalanginya seraya berkata:
“Abu Sufyan, sabarlah. Seperti engkau, aku juga kuatir kelak akan mengatakan sesuatu seperti kata-kata Khalid itu dan ikut ke dalam agamanya. Kamu akan membunuh Khalid karena pandangannya itu, padahal seluruh Quraisy sependapat dengan dia. Sungguh aku kuatir, jangan-jangan sebelum bertemu tahun depan seluruh penduduk Mekah sudah menjadi pengikutnya.”
Sekarang Khalid sudah pergi meninggalkan Makkah ke Madinah. Ia menggabungkan diri ke dalam barisan Muslimin
Sesudah Khalid, ikut pula ‘Amr bin’l-‘Ash dan ‘Uthman b. Talha penjaga Ka’bah, masuk Islam. Dengan masuknya mereka kedalam agama Islam, maka banyak pula penduduk Mekah yang turut menjadi pengikut agama ini. Dengan demikian kedudukan Islam makin menjadi kuat, dan terbukanya pintu Mekah buat Muhammad sudah tidak diragukan lagi.