Selasa 25 Aug 2020 12:27 WIB

Seekor Macan Tutul Dilepasliarkan di Gunung Sawal Ciamis

Diperkirakan terdapat 11 ekor macan tutul yang hidup di kawasan Gunung Sawal.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andi Nur Aminah
Macan tutul tertangkap jebakan yang dipasang oleh warga di kaki Gunung Sawal, Desa Cikupa, Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis, Kamis (25/6)
Foto: istimewa
Macan tutul tertangkap jebakan yang dipasang oleh warga di kaki Gunung Sawal, Desa Cikupa, Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis, Kamis (25/6)

REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Seekor macan tutul (panthera pardus) dilepasliarkan di Blok Pasirtamiang, kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Desa Pasirtamiang, Kecamatan Cihaurbeuti, Kabupaten Ciamis, Selasa (25/8). Macan tutul jantan yang diperkirakan berusia 11 tahun itu kembali ke habitatnya setelah sebelumnya dirawat di Bandung Zoological Garden. 

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat (Jabar), Ammy Nurwati mengatakan, macan tutul bernama Abah itu sebelumnya tertangkap warga di wilayah kaki Gunung Sawal, tepatnya di Desa Cikupa, Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis, pada 25 Juni lalu. Setelah itu, macan tutul itu dititikan untuk dirawat di Bandung Zoological Garden agar kondisinya kembali membaik.

Baca Juga

"Saat dibawa ke Bandung, kondisi Abah stres. Namun, saat ini Abah sudah dipastikan layak untuk dilepasliarkan," kata dia di lokasi pelepasliaran.  Menurut dia, pelepasliaran Abah kembali ke habitatnya sempat jadi perdebatan. Menurut dia, ketika Abah kembali dilepasliarkan di Gunung Sawal, akan ada pihak-pihak yang menangkapnya lagi.

Ammy menambahkan, ada beberapa pihak yang menyarankan agar macan tutul itu dilepasliarkan ke habitat lain, selain Gunung Sawal. Ada pula yang menyarankan Abah tetap dirawat di kebun binatang, mengingat usianya sudah cukup tua. 

Namun, BBKSDA Jabar telah memperhitungkan kondisi satwa liar itu. Alhasil, diputuskan Abah kembali dilepasliarkan di Gunung Sawal. "Karena sudah tua, kalau di lokasi baru butuh adaptasi lama, tapi dia masih layak untuk dilepasliarkan. Akhirnya kami putuskan kembali ke sini dengan harapan bisa tetap survive dan menambah populasi di sini. Karena dia masih bisa reproduksi," ujar dia. 

Ammy mengingatkan, selanjutnya adalah tugas seluruh elemen masyarakat untuk ikut menjaga kondisi lingkungan di sekitar Gunung Sawal agar Abah tetap bisa hidup di kawasan itu. Ia mengatakan, pihaknya akan lebih giat melakukan edukasi kepada masyarakat agar merasa bangga dengan Abah atau macan tutul lainnya yang ada di kawasan itu. Sebab, saat ini Gunung Sawal adalah habitat macan tutul yang cukup memiliki populasi tinggi. Saat ini, diperkirakan terdapat 11 ekor macan tutul yang hidup di kawasan itu.

Untuk diketahui, Abah telah dua kali ditangkap warga. Peristiwa yang terjadi di Desa Cikupa pada Juni lalu adalah kejadian yang kedua. Sebelumny, Abah juga ditangkap di lokasi itu pada 2018 dengan modus yang sama. 

Ammy mengatakan, BBKSDA telah melakukan analisis penyebab tertangkapnya macan tutul, yang selalu terjadi di Desa Cikupa. Menurut dia, ada faktor kesengajaan dari pelaku lantaran macan tutul tertangkap di kandang yang khusus untuk menjebak satwa itu. 

"Kalau dari aspek ekologi, pakan tersedia dan predator bisa survive. Namun aspek sosial, dari analisis kami, harus secara intensif dialog untuk edukasi agar warga di sekitar Gunung Sawal bisa merasa bangga memiliki macan tutul, bukan justru ditangkap," kata dia. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement