Selasa 25 Aug 2020 13:04 WIB

BKKBN Ingatkan Remaja Persiapan Matang Sebelum Menikah

Kurun 2015-2018, tren putusan perceraian di pengadilan agama naik 3 persen.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengingatkan para remaja di Tanah Air agar melakukan persiapan matang sebelum menikah. Hal ini guna menghindari peningkatan angka perceraian.

"Untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan SDM unggul, maka remaja yang belum memasuki rumah tangga persiapan serta rencana harus baik," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat diskusi daring dengan tema "Rencanakan Hidupmu dengan Menjaga Kesehatan Reproduksi" yang dipantau di Jakarta, Selasa (25/8).

Baca Juga

BKKBN, kata dia, khawatir dengan angka perceraian di Indonesia yang terus meningkat. Dalam kurun waktu 2015 hingga 2018, tren perkara putusan perceraian di Pengadilan Agama di Tanah Air terus meningkat tiga persen.

Jika merujuk data, umumnya gugatan perceraian diajukan oleh pihak perempuan. Sebagai contoh pada 2015, sebanyak 281,1 persen gugatan diajukan oleh perempuan sedangkan laki-laki 113,3 persen.

Angka tersebut terus mengalami peningkatan hingga 2018, di mana putusan Pengadilan Agama pihak perempuan lebih mendominasi yakni 307,7 persen berbanding 111,4 persen laki-laki.

Ia mengatakan merujuk pada data tersebut gugatan paling dominan memang diajukan oleh perempuan dan hal tersebut menjadi kekhawatiran bersama. "Ini berarti bukan perempuan yang salah semata namun mungkin saja banyak laki-laki kurang bertanggung jawab," katanya.

Karena itu, BKKBN mengajak para remaja mempersiapkan diri apabila ingin menikah, termasuk persiapan usia dan lain sebagainya. Sebab, katanya, apabila pasangan tidak memperhatikan usia menikah atau menikah pada usia dini maka salah satu risiko terburuk ialah kematian ibu dan anak.

"Termasuk kekerasan dalam rumah tangga, kesehatan terganggu, konflik yang berkepanjangan karena belum dewasa dan sebagainya," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement