REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran memiliki beberapa kemampuan pertahanan udara canggih seperti sistem yang menjatuhkan drone Amerika Serikat (AS) pada 2019. Namun, dengan berakhirnya embargo senjata PBB pada Oktober, Iran diduga akan bisa menambah kekuatan dari Rusia.
Menteri Pertahanan Iran Brigjendl Amir Hatami telah memeriksa sistem pertahanan udara S-400 Triumf selama kunjungannya ke Rusia untuk pameran militer ARMY-2000 di luar Moskow. Rekaman kunjungan pada akhir pekan ini menunjukkan Hatami dan anggota delegasi Iran lainnya berbicara dengan pejabat Rusia.
Hatami diberi pengarahan tentang fitur sistem dan prinsip operasi S-400. Selain S-400, delegasi juga melihat kombinasi sistem rudal permukaan-ke-udara jarak menengah Pantsir S1E dan sistem artileri anti-pesawat. Mereka pun memeriksa helikopter utilitas Kamov KA-226T dan dilaporkan tertarik seputar pesawat tempur Sukhoi Su-30.
Dikutip dari Sputnik News, Hatami mengadakan pembicaraan dengan pejabat senior Rusia termasuk Menteri Pertahanan, Sergei Shoigu. Dia juga bertemu dengan pasukan Polisi Perbatasan Iran yang tiba di Rusia untuk bertanding di International Army Games ke-6 yang digelar bersamaan dengan ARMY-2020.
Bulan lalu, Duta Besar Iran untuk Rusia, Kasem Jalali, mengonfirmasi bahwa Teheran sedang mempertimbangkan pembelian senjata Rusia untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya. Iran menilai Moskow sebagai mitra yang selalu berada di sisinya pada saat-saat sulit.
Pada akhir 2019, Badan Intelijen Pertahanan mengeluarkan penilaian yang menunjukkan bahwa Iran mungkin tertarik untuk membeli perlengkapan tempur. Beberapa yang mungkin dilirik seperti S-400, sistem pertahanan pantai K-300P Bastion, jet tempur Su-30, dan tank tempur utama T-90 setelah embargo senjata PBB berakhir 18 Oktober.
Meski tertarik berbelanja ke Rusia, Kementerian Pertahanan Iran telah membuat kemajuan dalam pembuatan peralatan militer canggihnya sendiri dalam beberapa tahun terakhir. Tahun lalu, sistem pertahanan udara Khordad-3 yang diproduksi oleh Organisasi Industri Penerbangan Iran menembak jatuh drone pengintai Northrop Grumman Global Hawk di atas wilayah udara Iran di Selat Hormuz.
Pada tahun yang sama, Teheran memerintahkan sistem pertahanan udara Bavar-373. Sistem ini digambarkan sebagai analog Iran dengan S-300 dengan karakteristik yang lebih unggul dari US Patriot.