REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Komisi IV DPR menyelenggarakan sejumlah pelatihan, seperti pelatihan aspirasi pembesaran ikan lele, pelatihan aspirasi olahan rumput laut, hingga pelatihan aspirasi diversifikasi olahan ikan.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), KKP, Sjarief Widjaja mengatakan, budi daya lele dan olahan produk kelautan perikanan dinilai sebagai oasis di tengah kesukaran ekonomi akibat pandemi Covid-19.
"Di tengah situasi tidak menyenangkan akibat wabah yang tengah melanda, kegiatan ini mampu menyelamatkan atau setidaknya membantu menopang perekonomian sebagian masyarakat," ujar Sjarief dalam keterangan tertulis Selasa (25/8).
Sjarief menyampaikan pelatihan aspirasi pembesaran ikan lele ditujukan bagi pelaku utama dan pelaku usaha perikanan, khususnya pembudi daya dan pengolah ikan. Sjarief mengatakan, pelatihan yang diselenggarakan Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Banyuwangi secara daring ini diikuti 100 orang peserta dari Provinsi Bali. Sjarief mengatakan, pelatihan disesuaikan dengan karakteristik lingkungan sosial budaya masyarakat Provinsi Bali yang kaya akan bahan baku ikan air tawar, salah satunya lele.
Dengan penyelenggaraan pelatihan ini, masyarakat akan diberikan pengetahuan dan keterampilan pembesaran ikan lele mulai persiapan kolam sampai proses panen. Keahlian ini dibutuhkan sebagai bekal munculnya wirausaha baru di sektor perikanan.
"Harapan kami, satu beserta dapat juga merangkul 10 orang pelaku usaha perikanan untuk melakukan usaha di bidang perikanan sehingga dapat turut membangun perekonomian perikanan nasional," ucap Sjarief.
Selain itu, lanjut Sjarief, KKP melalui BP3 Bitung juga menggelar pelatihan pengolahan rumput laut. Hasil perikanan bermutu tinggi ini diolah menjadi penganan kekinian berupa mi dan jus rumput laut. Pelatihan diikuti oleh 75 orang pelaku utama kelautan dan perikanan asal Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
Sjarief mengatakan, Indonesia kaya akan berbagai jenis komoditas perikanan namun selama ini hasil perikanan ini masih diperdagangkan dalam bentuk bahan mentah. Sehingga, nilai ekonomi yang dihasilkan kurang maksimal. Oleh karena itu, pemerintah menggelar pelatihan pengolahan agar ada nilai tambah pada produk yang dihasilkan.
"Terlebih untuk produk rumput laut, Indonesia merupakan negara penghasil terbesar. Namun, nilai perdagangan rumput laut Indonesia masih ketinggalah jauh di bawah Cina karena Cina memilih mengolah rumput laut ketimbang menjualnya dalam bentuk bahan mentah," kata Sjarief.