REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, seluas 1.396 hektare lahan perkebunan terbakar selama kurun Januari-Agustus 2020. Kementan mengklaim telah melakukan sejumlah upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran.
Direktur Perlindungan Perkebunan Kementan, Ardi Praptono, mengatakan, lokasi kebakaran perkebunan tersebar di lima provinsi. Kebakaran mayoritas terjadi di Riau dengan luas 1.218 hektare (ha). Selanjutnya di Aceh 88 ha, Jambi 30 ha, Sumatera Selatan 3 ha, serta di Kalimantan Timur 57 hektar.
Adapun dari total luas lahan terbakar, sebanyak 1.324 hektar merupakan lahan masyarakat dan 71.61 ha lahan perkebunan perusahaan. "Sebagian besar memang di Riau dan ini salah satu daerah yang paling rawan kebakaran lahan perkebunan," kata Ardi dalam diskusi virtual Forum Wartawan Pertanian, Selasa (25/8).
Ardi mengatakan, data tersebut diperoleh dari dinas daerah yang membidangi perkebunan serta perusahaan perkebunan di masing-masing wilayah. Kementan, kata dia, tengah membangun data spasial dan segera selesai sehingga pemetaan lahan dapat lebih valid dan dapat dilakukan pencegahan dengan cepat.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, Kementan bersama kementerian dan lembaga terkait sudah melakukan upaya pencegahan dengan sosialisasi regulasi dan penerapan pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB).
Hal itu dilakukan karena mayoritas kebakaran lahan yang terjadi juga disebabkan oleh faktor manusia karena motif ekonomi. Di mana, pembakaran lahan dilakukan demi bisa membuka lahan baru untuk kegiatan usaha perkebunan."Kita sudah berikan bantuan bibit pupuk dan bantuan lainnya untuk pertanian tradisional. Mereka perlu diberi semacam usaha sehingga tidak terjadi kebakaran," kata dia.
Sementara dalam langkah penanggulangan, Kementan sejak tahun lalu sudah membentuk Brigade Kartabun dan Kelompok Tani Peduli Api (KTPA). Hingga tahun 2019, telah terbentuk 17 Brigade Kartabun dengan total jumlah personel 1.051 orang. Selain itu, juga telah terbentuk 142 KTPA dengan total anggota petani sebanyak 2.130 orang.