REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro berterima kasih pada Iran yang membantu negara Amerika Latin itu di tengah krisis. Teheran mengabaikan sanksi Amerika Serikat (AS) dan mengirimkan bantuan berupa makanan, bahan bakar dan obat-obatan ke Caracas.
"Kami saling membantu satu sama lain, saya pikir pengalaman Iran akan membantu kami untuk memperkuat kapasitas manajemen dan proyek-proyek pembangunan kami," kata Maduro dalam wawancara yang disiarkan stasiun televisi nasional, seperti dilansir dari media Rusia, Sputnik News,Selasa (25/8).
Iran juga mengirimkan bantuan berupa suku cadang ke Venezuela yang industri minyaknya lesu karena sanksi-sanksi AS. Washington menanggapi kemitraan kedua negara itu sebagai 'aliansi negara-negara paria'.
Maduro mengatakan ia tidak bisa mengungkapkan lebih detail seluruh bantuan yang diberikan Iran. Ia mengatakan rincian kemitraan kedua negara harus dirahasiakan 'karena kami sedang berperang'.
Maduro juga menanggapi tuduhan Presiden Kolombia Ivan Duque yang mengatakan Venezuela ingin membeli rudal dari Iran. Maduro mengatakan hal 'gagasan yang bagus' tapi ia tidak pernah mempertimbangkan hal itu sebelumnya.
"Bila memungkinkan dan sesuai kami akan membeli rudal-rudal itu," kata Maduro.
Maduro menekankan tidak ada yang memiliki hak menghentikan Venezuela membeli apa yang mereka perlukan. Ia juga memperingatkan Kolombia, negaranya memiliki sistem pertahanan rudal 'yang paling canggih' di Amerika Latin dan Karibia, senjata-senjata yang Venezuela beli dari Rusia selama bertahun-tahun.
Iran dan Venezuela memang memiliki ideologi yang berbeda, di satu sisi Iran menggabungkan kekhalifahan dan sistem republik sementara Venezuela condong ke sosialisme demokrasi. Tapi sejak awal tahun 2000-an kedua negara itu memiliki hubungan yang baik. Dua negara itu menandatangani ratusan kerja sama bilateral mulai dari bidang pertahanan hingga perdagangan. Mereka juga menggelar banyak inisiatif mulai dari urusan investasi, pertukaran budaya hingga gerakan 'anti-imperialisme' global.
Hubungan mereka semakin menguat setelah Donald Trump terpilih sebagai presiden AS. Trump memperketat sanksi terhadap kedua negara tersebut. Ia menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action dan berusaha menggulingkan rezim Venezuela pada 2019 lalu.