Selasa 25 Aug 2020 17:48 WIB

Filipina Duga Satu Pengebom di Kota Jolo Perempuan Indonesia

Seorang perempuan asal Indonesia diduga jadi pelaku bom bunuh diri di Filipina

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Petugas berjaga di lokasi pengeboman di Filipina Selatan
Foto: SONNY ABBING SPIO / HANDOUT/EPA
Petugas berjaga di lokasi pengeboman di Filipina Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Komandan militer Filipina mengatakan salah satu dari dua pelaku bom bunuh diri di Kota Jolo diduga orang Indonesia. Daerah lokasi serangan kembar yang membunuh 14 orang itu kini berstatus 'waspada tinggi'.

Serangan itu tidak hanya menewaskan personel militer tapi juga warga sipil. Serangan tersebut dilakukan di ibukota Provinsi Sulu, salah satu provinsi paling ujung Filipina yang dikenal sebagai benteng kelompok teroris bersenjata Abu Sayyaf.

Baca Juga

Dilansir dari Aljazirah, Selasa (25/8) pada situs berita ABS-CBN, komandan jenderal tentara Filipina, Letnan Jenderal Cirilito Sobejana mengatakan salah satu pelaku mungkin perempuan asal Indonesia. Istri pelaku bom bunuh diri pertama di Filipina yang meledakkan dirinya di depan pangkalan militer di kota Indanan pada 2019 lalu.

Sulu pulau utama rantai pulau-pulau masyarakat muslim yang bermukim di negara mayoritas Katolik. Sobejana mengatakan penyidik sudah mengumpulkan sisa tubuh pelaku untuk dikirimkan ke tim forensik sehingga dapat dipastikan pelaku serangan adalah warga Indonesia.

Ada laporan yang mengatakan salah satu pelaku adalah putri dari pasangan asal Indonesia yang melakukan bom bunuh diri di gereja Katolik di Jolo pada Januari 2019 lalu, peristiwa yang menewaskan 20 orang lebih. Lokasi serangan Senin (24/8) kemarin tidak jauh dari gereja itu yang merupakan serangan bom bunuh diri keenam Filipina dalam tiga tahun terakhir. Sebelumnya negara Asia Tenggara sangat jarang mengalami serangan bom bunuh diri.

Serangan tersebut terjadi ketika bom yang dipasang di sebuah sepeda motor meledak di dekat dua truk tentara yang diparkir di depan di sebuah toko kelontong dan komputer. "Bom rakitan yang dipasang di kendaraan itu meledak saat pasukan kami sedang melakukan pemasaran," kata Komandan daerah militer Letnan Jenderal Corleto Vinluan.

Bom kedua yang tampaknya bom bunuh diri yang dilakukan seorang perempuan meledak satu jam kemudian. Dalam laporannya militer mengatakan pelaku berjalan keluar dari toko makanan ringan dan mendekati tentara yang sedang menjaga katedral Katolik Roma.

Sobejana juga mengatakan dua perempuan pelaku bom bunuh diri Senin kemarin mungkin tersangka yang juga sedang dicari intelijen militer, sebuah operasi yang memicu konfrontasi antara pasukan militer dengan petugas polisi Provinsi Julu. Militer Filipina yakin komandan kelompok milisi Abu Sayyaf, Mundi Sawadjaan bertanggung jawab atas serangan itu. Pada pekan lalu perwira militer mengatakan Sawadjaan merencanakan serangan bom bunuh diri yang dilaksankan oleh dua orang perempuan.

Bulan Juni lalu, pasukan militer Filipina sedang menggelar operasi rahasia untuk menemukan dan menangkap Sawadjaan dan para pelaku bom bunuh diri. Tapi kemudian empat orang personel mereka dihentikan di pos perbatasan dan ditembak mati oleh sekelompok petugas polisi Provinsi Julu. Saat sedang rapat dengan Senat di Manila, tidak lama setelah ledakan terjadi, Mayor Jenderal Corleto Vinluan mengatakan ada 'kemungkinan' para polisi yang terlibat dalam insiden itu memiliki hubungan dengan kelompok Abu Sayyaf.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement