Selasa 25 Aug 2020 18:29 WIB

Mempercepat Uji Klinis Vaksin Covid-19

Harapannya Oktober laporan uji klinis keluar dan vaksin bisa segera diproduksi.

Petugas kesehatan mendampingi sejumlah relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Selasa (25/8). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjalani rangkaian awal Uji Klinis Vaksin Covid-19, yakni pemeriksaan kesehatan dan uji usap (swab test) sebelum menjalani penyuntikan vaksin Covid-19. Foto: Abdan Syakura/Republika
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas kesehatan mendampingi sejumlah relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Selasa (25/8). Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjalani rangkaian awal Uji Klinis Vaksin Covid-19, yakni pemeriksaan kesehatan dan uji usap (swab test) sebelum menjalani penyuntikan vaksin Covid-19. Foto: Abdan Syakura/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Muhammad Fauzi Ridwan, Inas Widyanuratikah, Dessy Suciati Saputri, Antara

Tim penelitian uji klinis vaksin Covid-19, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran mempercepat uji klinis vaksin kepada relawan dengan harapan pada Oktober mendatang sudah menghasilkan laporan. Selanjutnya pada Januari 2021 vaksin Covid-19 ditargetkan bisa diproduksi secara massal.

Baca Juga

"Kita akan melakukan percepatan dengan menambah frekuensi pemeriksaan sukarelawan. Yang tadinya dalam satu tempat penelitian itu dimulai jam 11.00 WIB tapi kita minta dua kali jam 11.00-15.00 WIB, jadi kita dua kali lipat jadi selesainya lebih cepat," ujar Ketua Tim Uji Klinis Vaksin Covid-19, Prof Kusnandi Rusmil di Puskesmas Garuda, Selasa (25/8).

Sebelumnya, ia menjelaskan uji vaksin dilakukan kepada 20-25 relawan per hari di satu titik lokasi. Namun, saat ini ditambah menjadi 50 orang relawan per hari. Tujuannya agar Oktober mendatang dapat menghasilkan laporan dan akhir tahun dapat produksi vaksin Covid-19.

"Jadi 50 orang per hari, diharapkan Oktober sudah bisa bikin laporan sehingga pada akhir tahun ini kita bisa produksi vaksin," katanya.

Percepatan uji klinis vaksin dilakukan karena saat ini obat Covid-19 belum ditemukan, sedangkan banyak masyarakat yang terpapar virus tersebut. Ia menegaskan, uji klinis vaksin tetap berjalan hingga Maret 2021 mendatang namun dipercepat difokuskan kepada 540 relawan tahap pertama.

"Tetap jalan sampai akhir Maret (penelitian) tapi pada awalnya 540 dulu relawan," katanya. Ia menambahkan, sebanyak 110 relawan telah divaksin Covid-19 dan akan bertambah menjadi 220 orang yang telah terdaftar akan disuntik.

Pascapenyuntikan terhadap belasan relawan, menurutnya, tidak terdapat keluhan yang dirasakan relawan. "Kayaknya happy-happy saja jalan-jalan ke mana-mana, tidak ada keluhan malah saya telepon biasa saja malah lagi jalan-jalan tapi itu tetap dipantau semuanya," katanya.

Ia pun menyambut positif Gubernur Jabar, Kapolda Jabar dan Pangdam III Siliwangi yang mendaftarkan diri menjadi relawan uji klinis. Menurutnya, para petinggi jabar tersebut memberikan contoh kepada masyarakat bahwa vaksin diperlukan agar terhindar dari Covid-19.

"Positif saya, saya senang sekali kenapa, karena memberi contoh pada masyarakat Jawa Barat bahwa vaksin ini memang sewajarnya harus ada sehingga masyarat Jabar sehat semuanya tidak ada yang kena Covid," katanya.

Kusnandi melanjutkan apabila uji klinis berhasil maka produksi vaksin akan dilakukan PT Biofarma dengan menggunakan bahan baku yang dibuat sendiri. "Tentu akan di pilih bahan dasarnya yang ada disini (Indonesia). Vaksin merah putih juga sama dari virus yang dimatikan juga," katanya.

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyatakan upaya pemerintah untuk mendapatkan komitmen lebih awal dari negara-negara sahabat dalam penyediaan pasokan vaksin merupakan bentuk perlindungan kepada masyarakat. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam jumpa pers daring dari Istana Kepresidenan di Jakarta, Selasa (25/8), menekankan dalam tatanan global, pemerintah Indonesia berusaha menjadi yang tercepat dibanding negara-negara lain untuk mendapatkan akses pasokan vaksin Covid-19.

“Kami tegaskan sebagai bangsa yang besar di dunia dengan jumlah penduduk hingga 267 juta, kita harus mampu menyediakan perlindungan kepada masyarakat, dalam konteks ini adalah vaksin,” ujar Wiku.

Meskipun mencari komitmen pasokan vaksin dari luar negeri, kata Wiku, di saat yang bersamaan, pemerintah Indonesia di dalam negeri tetap berusaha untuk mengembangkan vaksin Covid-19 yang diberi nama vaksin Merah Putih. “Sementara belum tersedia vaksinnya di dalam negeri, dan ini upaya untuk melindungi bangsa, untuk menjaga akses sudah kita dapatkan dahulu dari negara negara lain,” ujarnya.

Pada akhir pekan lalu, Indonesia telah memperoleh komitmen penyediaan 290 juta hingga 340 juta dosis vaksin Covid-19 hingga akhir 2021 mendatang. Sementara untuk akhir 2020 ini, Indonesia memiliki komitmen pengadaan vaksin sebanyak 20 juta hingga 30 juta dosis vaksin Covid-19. Komitmen itu diperoleh dari hasil lawatan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir ke Uni Emirat Arab (UEA) dan China.

Wiku menjelaskan jika nanti jumlah dosis yang sudah menjadi komitmen ternyata berbeda dengan yang dibutuhkan, Indonesia dapat melakukan negosiasi ulang. Yang penting, ujar dia, saat ini Indonesia sudah mendapatkan komitmen untuk mengakses penyediaan vaksin Covid-19 tersebut.

“Dari awal, kita bisa memastikan aksesnya tersebut, dan bila meleset, kami selalu memonitor ketersediaan vaksin di pengembang-pengembang di dunia, termasuk juga mendorong vaksin Merah Putih dari Lembaga Eijkman dan Bio Farma yang ada di Indonesia,” ujarnya.

Wiku mengatakan satgas dan sejumlah ilmuwan di Indonesia juga selalu memantau efektivitas dan keamanan dari kandidat vaksin Covid-19 yang nantinya akan dipilih pemerintah. “Cara kerja vaksin adalah melindungi masyarakat sehat untuk tidak terinfeksi Covid-19 dengan cara trigger (memicu) terjadinya antibodi ygang ada pada tubuhnya. Mari kita amati bersama, di Indonesia dan dunia, dan harapannya pada uji klinis fase tiga kita dapatkan hasilnya dengan baik,” jelas Wiku.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang P.S Brodjonegoro mengatakan saat ini proses pengembangan vaksin Merah Putih sudah sekitar 40 persen. Bambang mengatakan, proses yang saat ini dilakukan yakni pengembangan antigen dalam bentuk protein N dan protein S.

Ia menjelaskan, protein tersebut akan dikembangkan dan dikloning dalam sel mamalia. Setelah itu, tahapannya adalah melakukan uji coba ke hewan. "Jadi tahapan pertama kita uji coba di hwan, kita harapkan uji coba hewannya sebelum akhir tahun sudah selesai," kata Bambang.

Selanjutnya, jika sudah berhasil dilakukan uji hewan maka Lembaga Eijkman akan menyerahkan bibit vaksin yang sudah diuji ke hewan tersebut ke Bio Farma. Tahapan selanjutnya adalah uji klinis yang diperkirakan bisa dimulai pada awal tahun 2021.

Uji klinis memiliki tiga tahapan. Tahap satu yakni menguji bagaimana keamanan vaksin, tahap kedua uji klinis dilakukan untuk melihat diversifikasi dari calon penerima, dan selanjutnya adalah tahap ketiga untuk memeriksa efektivitas vaksin tersebut.

Uji klinis diperkirakan bisa diselesaikan selama enam bulan. Namun, Bambang mengatakan, terkait dengan waktu pastinya harus dibicarakan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk ditentukan standar dari uji klinis, baik jumlah orang yang diuji atau waktu yang dibutuhkan.

"Perkiraan kami sekitar pertengahan tahun, sesudah Juli atau Agustus 2021 mudah-mudahan sudah bisa diproduksi massal untuk dilakukan dalam vaksinasi," kata Bambang.

Belum Sesuai Standar

Saat ini jumlah pemeriksaan Covid-19 secara nasional di Tanah Air per pekan masih belum sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO. "Indonesia secara keseluruhan baru mencapai 35,6 persen dari standar WHO," kata Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.

Dia mengatakan sesuai standar WHO, jumlah pemeriksaan Covid-19 ideal adalah 1 per 1.000 penduduk per pekan. Oleh karena itu Indonesia dengan total penduduk lebih dari 260 juta orang, menurut Wiku, semestinya dapat memeriksa atau melakukan tes Covid-19 terhadap 267.700 penduduk setiap pekan.

Dia mengatakan jumlah pemeriksaan penduduk per pekan di Indonesia masih jauh di bawah standar WHO. Namun pemerintah pusat dan daerah bekerja keras untuk memenuhi standar internasional.

"Sekarang sudah ada 320 laboratorium di bawah 12 lembaga. Kita harap pemeriksaan bisa lebih banyak," ujar Wiku.

Kabar baiknya, jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia tercatat lebih rendah dibandingkan kasus aktif di dunia. Wiku melaporkan, saat ini jumlah kasus aktif di Indonesia yang tercatat sebanyak 38.134 atau 26,1 persen, sedangkan kasus dunia sebanyak 28,35 persen.

“Jadi jumlah kasus aktif di Indonesia lebih rendah daripada jumlah kasus aktif di dunia,” ujar Wiku.

Sementara itu, laporan penambahan kasus covid pada hari ini sebanyak 2.447 orang. Wiku melanjutkan, jumlah kasus sembuh hingga hari ini pun mencapai 112.867 orang atau 71,5 persen. Sedangkan jumlah kasus sembuh di dunia sebanyak 68,19 persen. Dari angka tersebut, kasus sembuh di Indonesia pun tercatat lebih tinggi dibandingkan kasus sembuh di dunia.

“Sedangkan jumlah kasus meninggal adalah 6.858 atau 4,34 persen di mana kasus di dunia kasus meninggalnya adalah 3,44 persen. Jadi Indonesia masih lebih tinggi daripada kasus kematian di dunia,” ungkap dia.

Wiku melanjutkan, berdasarkan grafik, angka kasus positif kini cenderung mulai menurun dalam beberapa hari terakhir. Kendati demikian, jumlah penurunannya masih belum signifikan. Sedangkan angka kasus sembuh juga semakin meningkat dalam beberapa hari terakhir.

“Dan kalau kita lihat di grafik ini terutama pada tanggal 25, terlihat bahwa perbedaannya cukup besar antara kasus terkonfirmasi dengan kasus sembuh. Artinya jumlah yang sembuh lebih banyak daripada yang terkonfirmasi,” ujar dia.

 Jumlah daerah yang tak terdampak Covid pun semakin sedikit. Dari 102 kabupaten kota yang tak terdampak pada Mei lalu, kini hanya tinggal 30 kabupaten kota yang tak terdampak pandemi.

“Kami perlu sampaikan bahwa pada saat kita mulai start pencatatan di bulan Mei, jumlah daerah kabupaten kota yang tidak terdampak cukup banyak, jumlahnya 102 kabupaten kota waktu itu dan sekarang tinggal 30 kabupaten kota,” ujar Wiku.

Wiku pun meminta agar kepala daerah di wilayah yang belum terdampak Covid mampu menjaga daerahnya tetap aman dari penularan. Lebih lanjut, Wiku juga melaporkan sebanyak 22 kabupaten kota tercatat masuk dalam kategori daerah risiko tinggi, 223 kabupaten kota merupakan daerah risiko sedang, dan 195 kabupaten kota masuk kategori daerah risiko rendah.

“Dan ada 44 kabupaten kota yang tidak ada kasus baru. Dan yang tidak terdampak ada 30 kabupaten kota,” tambah dia. Wiku berharap, daerah-daerah dengan risiko tinggi dan sedang bisa berubah menjadi daerah yang lebih aman.

photo
Harga vaksin Covid-19 dari Sinopharm China - (Republika)

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement