Rabu 26 Aug 2020 04:35 WIB

Tiga Cara Meraih Ampunan Allah di Tahun Baru Hijriyah

Rahmat dan kemurahan hati Allah tidak terbatas.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Tiga Cara Meraih Ampunan Allah di Tahun Baru Hijriyah
Foto: Science Alert
Tiga Cara Meraih Ampunan Allah di Tahun Baru Hijriyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun baru Hijriyah telah tiba. Ini merupakan momentum baru untuk memulai kembali dan menata kembali hari-hari dengan lebih baik dan mengisi lembaran baru dengan hal baik, termasuk untuk mendapatkan ampunan Allah SWT.

Sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan atau 10 hari di bulan Dzulhijjah adalah hari-hari emas untuk memperoleh ampunan. Jika hari-hari tersebut terlewatkan, maka tidak perlu menunggu datangnya Ramadhan  tahun berikutnya. Ampunan Allah juga hadir di bulan Muharram.

Baca Juga

Rahmat dan kemurahan hati Allah tidak terbatas. Banyak cara memperbaiki masa lalu dan banyak kesempatan menghapus semua dosa itu di bulan ini. 

Dilansir dari About Islam, Selasa (25/8), ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk mendapatkan ampunan Allah. Tidak ada yang lebih baik dan murah hati selain Allah. Begitu banyak kesempatan dan ampunan yang Allah berikan untuk hambanya.

Bertaubat

Bertaubat merupakan cara utama memperoleh ampunan Allah. Taubat yang tulus adalah dengan mengakui segala kesalahan dan berjanji tidak mengulanginya.

"Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! janganlah kamu putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah mengampuni semua dosa. Sungguh, Dialah yang Maha Pengampun lagi Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab menimpamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong," (Az-Zumar ayat 53-54).

Selain itu, dengan bertaubat, maka perbuatan buruk dapat diubah menjadi perbuatan baik. Sebagaimana firman Allah SWT, "Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun dan Penyayang," (Al-Furqan ayat 70)

Nabi Muhammad SAW bersabda sesungguhnya, Allah lebih senang dengan taubat hamba-Nya ketika dia bertaubat kepada-Nya daripada orang yang menunggang unta di padang gurun dan unta berhasil melarikan diri dengan semua bekal makanan dan airnya. Setelah kehilangan semua harapan (untuk mendapatkan unta kembali), dia pergi dan berbaring di bawah pohon tanpa harapan untuk menemukannya; ketika tiba-tiba dia menemukan unta itu berdiri di depannya. Dia memegang kendali dan kemudian keluar dari kegembiraan yang ekstrem berseru: 'Ya Allah, Kamu adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu.' Dia melakukan kesalahan ini karena sangat senang. " (Hadits Muslim).

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement