Rabu 26 Aug 2020 09:13 WIB

India Kerahkan Senjata Buatan Rusia ke Perbatasan China

Senjata yang dipakai pasukan India untuk pertahanan udara

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Foto yang disediakan oleh Biro Informasi Pers India (PIB) menunjukkan Perdana Menteri India Narendra Modi melihat peta di Leh, Ladakh, India, 03 Juli 2020. Modi mengunjungi Angkatan Darat, Angkatan Udara dan personil Polisi Perbatasan Indo-Tibet. Bulan lalu 20 personil tentara India, termasuk seorang kolonel, tewas dalam bentrokan dengan pasukan Cina di Lembah Galwan di wilayah Ladakh timur.
Foto: EPA-EFE/INDIA PRESS INFORMATION BUREAU
Foto yang disediakan oleh Biro Informasi Pers India (PIB) menunjukkan Perdana Menteri India Narendra Modi melihat peta di Leh, Ladakh, India, 03 Juli 2020. Modi mengunjungi Angkatan Darat, Angkatan Udara dan personil Polisi Perbatasan Indo-Tibet. Bulan lalu 20 personil tentara India, termasuk seorang kolonel, tewas dalam bentrokan dengan pasukan Cina di Lembah Galwan di wilayah Ladakh timur.

REPUBLIKA.CO.ID, LADAKH -- Ketegangan antara India dan China meningkat di wilayah sengketa Lembah Sungai Galwan yang terletak di antara Ladakh, India dan Daerah Otonomi Tibet, China, sejak Juni. Beijing yang terus menekan membuat India memanfaatkan armada buatan Rusia untuk melakukan penjagaan.

"Pasukan India yang dipersenjatai dengan sistem pertahanan udara Igla asal Rusia telah dikerahkan di ketinggian penting di sepanjang perbatasan untuk menjaga setiap pesawat musuh yang mencoba melanggar ruang udara India di sini," kata salah satu sumber dikutip dari SputnikNews.

Baca Juga

Pasukan India dilaporkan telah dipersenjatai dengan sistem pertahanan udara portabel Igla buatan Rusia. Armada itu telah dikerahkan di dekat Garis Kontrol Aktual (LAC) di Ladakh Timur. Selain sistem rudal permukaan ke udara portabel, India juga dikatakan telah mengerahkan radar dan pertahanan udara lainnya untuk menjaga wilayah.

Laporan Asia News International menyatakan, pengerahan pertahanan udara itu dilakukan saat ada dugaan penerbangan helikopter China di sepanjang daerah perbatasan yang disengketakan. Helikopter tersebut diduga telah berusaha memasuki wilayah India, termasuk Lembah Galwan dan Patrolling Point 14.

Terlepas dari ribuan tahun kerja sama dan hubungan ekonomi yang erat antara kedua negara di masa lalu, China dan India telah menghadapi ketegangan selama puluhan tahun karena sengketa perbatasan. Pada 10 Mei dan 15 Juni, pasukan kedua negara terlibat dalam bentrokan yang menyebabkan puluhan prajurit terluka dan dalam insiden kedua hingga 20 tentara India dan sejumlah prajurit Cina meninggal dunia.

Kepala Staf Pertahanan India, Jenderal Bipin Rawat, memperingatkan bahwa opsi militer untuk menangani pelanggaran Tentara Pembebasan Rakyat Cina di sepanjang LAC akan dibahas, jika pembicaraan antara kedua militer gagal membuahkan hasil yang diinginkan. Militer kedua negara telah mengadakan setidaknya setengah lusin pembicaraan tingkat komandan korps sejak Juni untuk mencoba meredakan ketegangan.

Meningkatnya ketegangan China dan India telah menyebabkan kedua belah pihak meningkatkan kehadiran militer di sepanjang daerah perbatasan. Dampak ekonomi pun terjadi dengan India melarang sejumlah aplikasi ponsel pintar dan desktop China beredar dan menempatkan pembatasan izin keamanan pada pengusaha, akademisi, dan lainnya asal China.

Rusia telah berulang kali mendesak kedua belah pihak untuk menyelesaikan perselisihan di tingkat bilateral. Negara tersebut memperingatkan bahwa konflik besar antara kekuatan Asia akan menjadi gagasan buruk bagi kedua negara, kawasan, dan dunia.

Amerika Serikat (AS) juga menawarkan menjadi penengah antara kedua negara pada akhir Mei, sebelum bentrokan pada pertengahan Juni. Namun, pada akhir Juni, Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo, mengatakan bahwa pasukan AS yang dipindahkan dari Jerman akan dikirim sebagian ke negara-negara sekutu AS di Asia. Media India melaporkan, New Delhi dan Washington kemungkinan bersiap untuk menandatangani kerja sama pertahanan baru pada September. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement