REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Delegasi Israel dan penasihat Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump akan mengunjungi Uni Emirat Arab (UEA) untuk membicarakan langkah-langkah yang memperkuat kesepakatan setelah normalisasi hubungan kedua negara. Pertemuan tingkat tinggi yang digelar pada pekan depan itu akan menjadi yang pertama sejak Trump mengumumkan kesepakatan normalisasi hubungan Israel-UEA.
Penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner, penasihat keamanan nasional Robert O'Brien, utusan Timur Tengah AS Avi Berkowitz dan pejabat AS lainnya akan melakukan perjalanan bersama dengan delegasi Israel yang dipimpin oleh penasihat keamanan nasional Meir Ben-Shabbat. Selain itu, Perwakilan Khusus AS untuk Iran Brian Hook juga akan ikut dalam pertemuan tersebut.
Pejabat AS dan Israel akan terbang dengan pesawat Israel langsung dari Tel Aviv ke Abu Dhabi. Lembaga penyiaran Israel, Kan melaporkan, penerbangan itu akan menjadi penerbangan komersial pertama antara Isreal dan UEA. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan, pembicaraan pertemuan tingkat tinggi itu akan fokus pada cara untuk mendorong kerja sama Israel-UEA di sejumlah sektor seperti penerbangan, pariwisata, perdagangan, keuangan, kesehatan, energi, dan keamanan.
“Ini adalah kesepakatan bersejarah. Ini akan membawa pertumbuhan. Saya berharap negara lain di kawasan kita akan bergabung dalam lingkaran perdamaian," ujar Netanyahu.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo meyakinkan Israel bahwa mereka akan mempertahankan keuntungan militer di bawah kesepakatan pertahanan dengan UEA. Pada Selasa (25/8), pejabat tinggi pertahanan UEA dan Israel melakukan panggilan telepon pertama untuk membahas kerja sama keamanan.
Normalisasi hubungan UEA-Israel menandai ketiga kalinya negara Arab membuka hubungan diplomatik secara penuh dengan Israel setelah 70 tahun. Negara Arab lainnya yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel adalah Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994.
Beberapa negara menyambut baik kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dan UEA. Namun kesepakatan itu telah memicu kemarahan di sebagian besar negara Muslim. Palestina telah mengecam kesepakatan normalisasi antara UEA dan Israel yang dijembatani AS. Menurutnya, hal itu merupakan sebuah pengkhianatan. Palestina selama ini tak mengakui upaya mediasi dilakukan AS.