Rabu 26 Aug 2020 10:00 WIB

Penembakan Kulit Hitam Picu Demonstrasi Kembali di AS

Setelah penembakan pada Ahad (23/8), warga turun ke jalan hingga Selasa (25/8)

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 Para pengunjuk rasa digambarkan sebagai siluet melawan bisnis yang terbakar pada malam kedua kerusuhan setelah penembakan Jacob Blake oleh petugas polisi, di Kenosha, Wisconsin, AS, 24 Agustus 2020. Menurut laporan media, Jacob Blake, seorang pria kulit hitam, ditembak oleh petugas atau petugas polisi Kenosha yang menanggapi panggilan gangguan domestik pada tanggal 23 Agustus, memicu protes dan kerusuhan. Blake dibawa dengan ambulans udara ke rumah sakit Milwaukee, Wisconsin dan protes dimulai setelah video insiden tersebut diunggah di media sosial.
Foto: EPA-EFE/TANNEN MAURY
Para pengunjuk rasa digambarkan sebagai siluet melawan bisnis yang terbakar pada malam kedua kerusuhan setelah penembakan Jacob Blake oleh petugas polisi, di Kenosha, Wisconsin, AS, 24 Agustus 2020. Menurut laporan media, Jacob Blake, seorang pria kulit hitam, ditembak oleh petugas atau petugas polisi Kenosha yang menanggapi panggilan gangguan domestik pada tanggal 23 Agustus, memicu protes dan kerusuhan. Blake dibawa dengan ambulans udara ke rumah sakit Milwaukee, Wisconsin dan protes dimulai setelah video insiden tersebut diunggah di media sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, KENOSHA -- Penembakan terhadap pria kulit hitam oleh polisi Amerika Serikat (AS) kembali menimbulkan demonstrasi besar. Pada akhir pekan, polisi di Kenosha, Wisconsin, menembak Jacob Blake di bagian punggung sebanyak tujuh kali.

“Mereka menembak anak saya tujuh kali. Tujuh kali! Seperti dia tidak penting. Anakku penting. Dia manusia dan dia penting," ujar ayah korban, Jacob Blake Sr..

Baca Juga

Peristiwa yang terjadi pada pria berusia 29 tahun ini memicu demonstrasi yang berubah menjadi kerusuhan. Setelah penembakan pada Ahad (23/8), warga turun ke jalan hingga Selasa (25/8) dan terus merambat ke wilayah sekitar Kenosha.

Bentrokan dilaporkan terjadi di Portland, Oregon, Seattle, dan Minneapolis pada Senin. Di New York, para demonstran memenuhi Jembatan Brooklyn.

Sedangkan di Kenosha jam malam ditetapkan mulai pukul 20.00 pada Senin, meski diabaikan oleh pada demonstran. Saat malam semakin larut, demonstrasi yang sebagian besar damai berubah menjadi kekerasan, dengan beberapa orang menyalakan kembang api dan yang lainnya membakar gedung.

Menurut pengunjuk rasa Porche Bennett, polisi setempat yang didukung oleh pasukan Garda Nasional menembakkan gas air mata, peluru karet, dan bom asap untuk membubarkan massa. Dia mengatakan kebakaran telah menghancurkan sebagian besar kawasan bisnis orang kulit hitam.

"Orang-orang dari luar kota yang melakukan ini. Kami sudah berbelanja di sana sejak kami masih kecil dan mereka membakarnya," kata warga Kenosha ini.

Blake mendapatkan tujuh tembakan yang dilepaskan ke arahnya dari jarak dekat oleh polisi. Peristiwa ini terjadi ketika dia mencoba untuk menghentikan perkelahian antara dua wanita.

Video yang diambil oleh seorang tetangga menunjukkan Blake berjalan menuju pintu samping mobil SUV miliknya, menjauh dari dua petugas yang menodongkan senjata ke punggungnya. Setelah dia membuka pintu dan bersandar ke dalam mobil, tujuh tembakan terdengar, dengan salah satu petugas menarik kemejanya. Polisi belum menjelaskan mengapa Blake ditembak.

Penembakan itu sedang diselidiki oleh Departemen Kehakiman Wisconsin, yang hingga kini belum merilis rincian apapun. Polisi Kenosha telah menyerahkan semua kasus kepada penyelidik negara bagian.

Nyawa Blake masih tertolong setelah mendapatkan tembakan yang disaksikan ketiga anaknya. Pengacara menyatakan Blake lumpuh dari pinggang ke bawah yang kemungkinan akan permanen dan memiliki lubang di perutnya. Dia pun menderita kerusakan pada ginjal dan hati serta seluruh usus besar dan usus kecilnya perlu diangkat.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement