Rabu 26 Aug 2020 18:05 WIB

Rusia Bantah Putin Terlibat Peracunan Tokoh Oposisi

Rusia membantah keterlibatan Presiden Vladimir Putin dalam kasus Alexei Navalny

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Rusia membantah keterlibatan Presiden Vladimir Putin dalam kasus Alexei Navalny. Ilustrasi.
Foto: AP/Alexei Druzhinin/Pool Sputnik Kremlin
Rusia membantah keterlibatan Presiden Vladimir Putin dalam kasus Alexei Navalny. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia membantah keterlibatan Presiden Vladimir Putin dalam kasus dugaan peracunan tokoh oposisi negara tersebut yakni Alexei Navalny. Saat ini Navalny masih menjalani perawatan intensif di sebuah rumah sakit di Berlin, Jerman.

"Kami tidak bisa menanggapi tuduhan ini (keterlibatan Putin dalam peracunan Navalny) dengan serius. Begini, tuduhan yang sama sekali tidak mungkin benar dengan cara apa pun adalah kebisingan kosong. Kami tidak bermaksud untuk menganggapnya serius," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada awak media di Moskow pada Selasa (25/8) dikutip laman NBC News.

Baca Juga

Menurut dia, tim dokter yang menangani Navalny di Berlin terlalu cepat mengambil kesimpulan. Peskov mengatakan penting untuk menganalisis dengan tenang apa yang dikatakan dan ditulis.

"Kami belum mempelajari hal baru di sini. Sayangnya, substansinya tidak dapat diidentifikasi. Analisis yang dilakukan oleh dokter kami dan dokter Jerman sama, tapi kesimpulannya berbeda," ujarnya.

Navalny dilaporkan masih dalam keadaan koma. Dia menjalani perawatan di Berlin’s Charite Hospital. Tim dokter telah melakukan pemeriksaan secara mendetail sejak Navalny tiba di sana pada Sabtu (22/8) pekan lalu.

"Temuan klinis menunjukkan keracunan dengan zat dari kelompok penghambat kolinesterase. Zat spesifik yang terlibat masih belum diketahui dan serangkaian pengujian komprehensif lebih lanjut telah dimulai," kata Berlin’s Charite Hospital dalam sebuah pernyataan.

Penghambat kolinesterase adalah sekelompok senyawa kimia yang digunakan untuk berbagai hal, mulai dari senjata kimia hingga pestisida. Senyawa itu turut dipakai untuk memproduksi obat meringankan gejala Alzheimer dan jenis demensia lainnya. Gas saraf dan yang disebut kelompok bahan kimia 'Novichok' juga merupakan penghambat kolinesterase.

Menurut dokter yang merawatnya kini, meski kondisinya serius, nyawa Navalny tidak terancam akibat keracunan. Namun efek jangka panjang, terutama pada sistem saraf, tidak dapat dikesampingkan.

Navalny diduga diracun di pesawat saat melakukan perjalanan ke Siberia pekan lalu. Dia pingsan setelah meminum teh yang disajikan kepadanya. Sebelum dibawa ke Berlin, Navalny sempat menjalani perawatan selama dua hari di kota Omsk di Siberia. Dia koma dan harus menggunakan ventilator. Kala itu dokter yang menanganinya menyebut Navalny dalam keadaan kritis.

Navalny merupakan tokoh oposisi terkemuka di Rusia. Dia merupakan kritikus utama Presiden Vladimir Putin. Selama satu dekade terakhir, Navalny tekun merilis video di Youtube yang menjabarkan praktik korupsi di semua tingkatan pemerintahan.

Hal itu telah membuatnya mendapatkan banyak musuh di Rusia. Navalny telah berulang kali ditahan karena mengatur pertemuan publik dan demonstrasi anti-pemerintah. Dia dilarang mencalonkan diri dalam pemilihan presiden pada 2018.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement