Rabu 26 Aug 2020 19:59 WIB

Saran MUI Agar Keluarga Tetap Harmonis Jauh dari Perceraian

Diperlukan pengelolaan emosi dalam berinteraksi pada anggota keluarga.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Saran MUI Agar Keluarga Tetap Harmonis Jauh dari Perceraian
Foto: Republika/Thoudy Badai
Saran MUI Agar Keluarga Tetap Harmonis Jauh dari Perceraian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (MUI), Zahrotun Nihayah, memberikan saran agar suasana di dalam rumah tangga tetap harmonis di tengah pandemi Covid-19. Menurut dia, kuncinya adalah meningkatkan aspek religiusitas.

"Aspek religiusitas hendaknya kita tingkatkan. Karena mungkin sesungguhnya Allah memperingatkan kita semua bahwa keluarga kita mungkin masih abai, kurang peduli terhadap anak dan pasangan," kata dosen sekaligus Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu kepada Republika.co.id, Rabu (26/8).

Baca Juga

Situasi tersebut, sebetulnya menjadi kesempatan untuk melakukan berbagai hal yang positif bersama anak dan pasangan serta sanak keluarga yang lain di dalam rumah. Selain itu, dia juga mengingatkan untuk selalu mengelola emosi secara baik.

Menurut Zahrotun, diperlukan pengelolaan emosi secara baik dalam sebuah keluarga meski dihadapkan pada situasi yang sulit sekali pun. Setiap anggota keluarga harus memahami situasi yang sedang terjadi sehingga muncul rasa saling mengerti satu sama lain.

"Termasuk juga kesehatan yang perlu dijaga, karena kesehatan ini juga menjadi salah satu pangkal preventif yang membuat orang bisa menjadi lebih sehat," ujarnya.

Zahrotun mengatakan, perlu kekuatan jiwa, fisik dan mental yang kuat agar diri tetap tenang dan memiliki kemampuan mengelola emosi serta bisa menerima situasi ini dengan sebaik-baiknya.

"Kalau tidak sabar, tidak tenang, yang dipicu aspek sosial ekonomi, manajemen diri dan emosi yang kurang baik, keadaan pandemi ini bisa bikin orang galau dan sebagainya," ujar dia.

Setiap Muslim harus meningkatkan pendekatan dirinya kepada Allah SWT. "Insya Allah kita bisa menjadi benteng penjagaan preventif maupun terapi kuraitf untuk bisa tetap, tegar, dan kuat di dalam keluar, ini harus dihadapi bersama-sama, harus disadari semua anggota keluarga," ujarnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement