Kamis 27 Aug 2020 07:10 WIB

Tradisi Asyura di Sejumlah Daerah Indonesia

Sejumlah daerah di Indonesia memiliki tradisi Asyura.

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Muhammad Hafil
Tradisi Asyura di Sejumlah Daerah Indonesia. Foto: Anak nagari memanjat Tabuik di antara puluhan ribu warga menyaksikan prosesi Tabuik dibuang ke laut, di Pantai Gandoriah Pariaman, Sumbar, Minggu (25/11).
Foto: Antara Foto
Tradisi Asyura di Sejumlah Daerah Indonesia. Foto: Anak nagari memanjat Tabuik di antara puluhan ribu warga menyaksikan prosesi Tabuik dibuang ke laut, di Pantai Gandoriah Pariaman, Sumbar, Minggu (25/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak cara dan tradisi yang dilakukan umat Islam dalam menyambut tahun baru Islam pada 1 Muharam hingga pada hari ke sepuluh. Terkadang, untuk menyemarakkan syiar dan dakwah, umat Islam menyelenggarakan kegiatan dengan tema gebyar Muharam atau hijrah. Berikut sejumlah cara peringatan Asyura atau menyambut tahun baru Islam di sejumlah daerah di Indonesia.

Baca Juga

Upacara Tabut

Di Indonesia, seperti Bengkulu dan Pariaman (Sumatra Barat), kematian Husein juga diperingati secara khusus di hari Asyura. Peringatan hari Asyura di Indonesia dilakukan dalam bentuk upacara Tabut, yakni dengan jamuan makanan dan arak-arakan. Arakan tabut ini dibuat dari batang pisang yang disusun dan dihiasi sedemikian indah dari bunga-bunga beraneka warna.

Setelah upacara selesai, tabut dibawa ke pinggir pantai sambil diiringi teriakan hayya Husain, haiyya Husain! (Hidup Husain).” Sebagai tanda upacara sudah selesai, tabut kemudian dibuang ke laut. Namun, belum ada penelitian khusus apakah upacara Tabut ini tumbuh dengan sendirinya sebagai produk kebudayaan daerah atau merupakan pengaruh dari ajaran Syiah.

Perayaan 1 Suro

Jika di sejumlah negara perayaan yang terkait dengan bulan Muharam adalah peringatan hari Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharam, di Indonesia perayaan bulan Muharam tidak hanya terkait dengan hari Asyura saja, tetapi juga menyangkut perayaan 1 Muharam yang dikenal dengan istilah 1 Suro. Perayaan 1 Suro ini dianggap banyak kalangan sebagai produk kebudayaan daerah setempat yang banyak mendapatkan pengaruh ajaran Hindu.

Tradisi untuk merayakan 1 Suro tersebut hingga saat ini masih berlangsung di sejumlah wilayah di Indonesia, seperti di Demak, Kudus, Yogyakarta, dan Solo. Perayaan 1 Suro ini antara lain dilakukan dengan melakukan ziarah ke tempat-tempat yang dipercaya mempunyai daya supranatural yang kuat.

Bagi masyarakat Jawa yang masih menjalankan tradisi perayaan 1 Suro ini, mereka mengenal beberapa tempat yang biasa dipakai untuk perayaan 1 Suro. Tempat-tempat tersebut, antara lain, Sungai Sipendok yang terletak di lereng timur Gunung Merbabu, Boyolali, kawah Gunung Merbabu, kawah Gunung Merapi, puncak Gunung Sumbing di Temanggung, puncak Gunung Sindoro di Wonosobo, dan Desa Guyangan, Nogotirto, Sleman, Yogyakarta

Di tempat-tempat tersebut, para penziarah selain mengadakan ritual sesaji sedekah, juga melakukan ritual mandi ataupun berendam untuk tujuan penyucian diri di aliran sungai yang berada di tempat-tempat tersebut. Ritual penyucian diri ini hanya boleh dilakukan di waktu tengah malam pada tanggal 1 Muharam. Sesudah mandi atau berendam, dilanjutkan dengan mengadakan tirakatan di pinggiran sungai sampai pagi hari.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement