REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal, menyampaikan sampai Agustus 2020, sebanyak 85 persen daerah zona musim, telah memasuki musim kemarau. Daerah tersebut juga telah mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut bervariasi antara 21-30 hari, 31-60 hari, dan di atas 60 hari.
"Sebagian daerah yang telah masuk musim kemarau tahun 2020 telah mengalami HTH di atas 21 hari, sehingga perlu mewaspadai potensi kekeringan meteorologis," kata Herizal, dalam keterangannya, Rabu (26/8).
Berdasarkan panjang HTH dan potensi hujan rendah (kurang dari 20 mm/dasarian) sampai akhir pertengahan September 2020, sejumlah wilayah memerlukan perhatian peringatan dini kekeringan pada level Waspada, Siaga, dan Awas. Beberapa wilayah tersebut yaitu di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua.
Terkait hal tersebut, Pakar Iklim, Kelautan, dan Variabilitas Iklim IPB University Rahmat Hidayat menyampaikan sejumlah aspek lain yang juga perlu menjadi perhatian dalam pencegahan karhutla. Misalnya data historis dari tahun 2017 sampai 2019, variasi hotspot tertinggi terjadi pada bulan Agustus hingga September.
Kondisi iklim yang terjadi di sekitar wilayah Indonesia, seperti suhu di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia juga berpengaruh. "Dengan mengetahui kondisi-kondisi tersebut, kita bisa melakukan prediksi ke depan. Data seperti ini juga bisa menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan langkah yang tepat dalam pencegahan karhutla," ujar dia.