REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Shabrina Zakaria
Tulisan ‘Selamat Datang di Kampung Seni Jalan. Keuangan Raya RW 05 Cilandak Barat, Jakarta Selatan’ menyambut di portal masuk kompleks Keuangan, Cilandak, Jakarta Selatan. Jalan tersebut kini sudah dibuat menjadi mural sepanjang 233 meter sejak Ahad (23/8) oleh 16 pelukis dari Komunitas Perupa Jakarta.
Setelah melewati ucapan selamat datang, tampak sejumlah lukisan bertema alam. Diawali dari sungai di jalan yang agak menurun, kemudian lukisan aliran airnya terhubung dengan lukisan danau. Ketika jalan sedikit menanjak, tampak pepohonan dan jalan setapak. Lukisan tersebut berbentuk tiga dimensi jika dilihat dari sudut pandang tertentu.
Koordinator Komunitas Perupa Jakarta, Wito menjelaskan, tema tersebut dipilih karena dua alasan. Pertama, karena menyesuaikan Jalan Keuangan Raya yang kondisinya naik-turun.
"Menarik kalo sungai, posisi jalan menurun jadi kayak air mengalir, menuju danau, terus jalanan naik jadi jalan setapak. Di ujung juga ada persawahan dan gunung," kata Wito ketika ditemui Republika di lokasi, Selasa (25/8) siang WIB.
Lukisan seperti gunung, jalan setapak, sungai, dan pepohonan juga dipilih karena menyesuaikan aliran lukisan dari pelukis Basoeki Abdullah, yakni beralirn realis. Museum Basoeki Abdullah yang merupakan tempat tinggal sang pelukis juga terletak di Jalan Keuangan Raya.
Alasan kedua, tema alam atau lingkungan dipilih karena waktu yang dimiliki Komunitas Perupa Jakarta untuk membuat mural hanya tiga hari. Yakni sejak Ahad (23/8) sampai Selasa (25/8). Jika dipilih tema lain yang lebih rumit, Wito mengatakan, bisa jadi mural ini bisa memakan waktu lebih dari tiga hari.
Idealnya, kata Wito, pembuatan mural yang demikian membutuhkan waktu sekitar satu pekan. Dia pun merasa sedikit mengganjal, karena tembok masjid dan pagar-pagar warga tidak sempat dilukis atau diwarnai juga.
"Harusnya sebisa mungkin nggak ada bidang yang nggak dilukis, jadi semuanya ada ornamen warna," tutur Wito. Namun, dia dan timnya masih memikirkan aspek lain, yakni ketertiban masyarakat.
Pasalnya, jalan masuk di Jalan Keuangan Raya ditutup untuk sementara waktu ketika mural masih dalam proses pembuatan. Pembuatan mural seluas 233 x 5 meter ini menghabiskan biaya sekitar Rp 100 juta. Biaya tersebut sudah meliputi cat, kuas, dan pernis.
Untuk detailnya, Wito sendiri kurang begitu paham sebab pembelanjaan barang-barang melukis dilakukan oleh pihak Museum Basoeki Abdullah. Jika diperkirakan, untuk setiap 10 meter jalan, para pelukis menghabiskan cat sekitar 15 hingga 20 liter.
Angka tersebut dikatakan Wito berada di luar ekspektasi. Sebab, jalanan yang dilapisi oleh aspal ternyata membutuhkan lebih banyak cat dari yang sebelumnya diduga. Sebagai pegiat seni, di tengah kondisi Covid-19, Wito mengaku, sangat senang untuk melaksanakan kegiatan pembuatan mural ini.
Menurut dia, hal ini menjadi dampak baik karena para pelukis jadi mendapatkan pekerjaan. "Jujur pas Covid-19 jadi mati suri," kata Wito mengeluh.
Selain mengusung tema alam, sejumlah imbauan dan kata-kata seputar Covid-19 juga disisipkan di mural tersebut. Misalnya, menerapkan protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak). Hal ini sebelumnya memang sudah diinisiasi oleh ibu RW 05 dan kepala Museum Basoeki Abdullah.
"Ada slogan-slogan yang punya korelasi sama persoalan negara, agar sekaligus menyampaikan edukasi masyarakat," kata Wito.
Sebelumnya, sempat hadir Wali Kota Jakarta Selatan, Marullah Matali pada seremonial pembukaan pembuatan mural, Ahad (23/8). Mural pertama di Jakarta yang menggunakan jalan sebagai medianya ini diapresiasi. Bahkan, Wito mengatakan beberapa titik di Jakarta Selatan rencananya akan dilukis mural juga. Hanya saja, ia belum mendapat informasi di mana saja lokasi yang akan dijadikan titik pembuatan mural berikutnya.
Tak hanya itu, Camat Cilandak, Mundari menyebut, diubahnya ruang umum menjadi ruang seni juga mejadi edukasi bagi masyarakat. “Jadi kegiatan ini sebenarnya juga suatu edukasi ke masyarakat sekitarnya, bahwa di wilayah sebenarnya bisa dijadikan ikon seni,” ujar Mundari yang juga sempat ditemui di lokasi.
Meskipun tidak dibuat pada 17 Agustus, mural ini ternyata dibuat untuk memperingati HUT ke-75 Republik Indonesia. Ditambah lagi, pembuatan mural ini juga bertujuan untuk menghormati pelukis di Indonesia.