REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dampak pandemi Covid-19 mempengaruhi segala sektor tak terkecuali sektor tambang. PT Adaro Energy membukukan laba 227 juta dolar AS pada semester pertama tahun ini.
Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir menjelaskan laba sebesar 227 juta dolar AS ini turun 39 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada semester I 2019, Adaro membukukan laba 371 juta dolar AS.
Tergerusnya laba disebabkan penurunan penjualan perusahaan. Pada semester I ini perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar 1,3 miliar dolar AS atau turun 23 persen dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 1,7 miliar dolar AS.
"Kita tidak dapat memungkiri bahwa kinerja Adaro pada semester pertama ini tidak kebal dari dampak penurunan permintaan batu bara yang terjadi karena wabah Covid-19," ujar Garibaldi, Jumat (28/8).
Penurunan pendapatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah anjloknya harga batubara hingga 18 persen sehingga berdampak pada volume penjualan. Ia juga menjelaskan kebijakan lockdown di beberapa pasar ekspor juga mengakibatkan adanya penurunan permintaan.
"Di periode ini akhirnya volume produksi batu bara juga hanya 27,29 juta ton atau turun 4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Karena kondisi pasar yang sulit kami juga sudah merevisi panduan produksi pada tahun ini menjadi 52-54 juta ton," ujar Garibaldi.
Karena dampak ini, setoran royalti perusahaan ke negara juga terpaksa harus turun. Adaro mencatatkan membayar royalti ke pemerintah sebesar 142 juta dolar atau turun 25 persen dibandingkan tahun lalu.