Jumat 28 Aug 2020 16:34 WIB

Permintaan Benih Florikultura Melonjak di Masa Pandemi

Ditjen Hortikultura menyebut permintaan izin benih tinggi khususnya florikultura

Ditjen Hortikultura menyebut permintaan izin benih tinggi khususnya florikultura
Foto: Kementan
Ditjen Hortikultura menyebut permintaan izin benih tinggi khususnya florikultura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewasa ini hampir seluruh sektor ekonomi terdampak pandemi Covid-19. Namun tidak berlaku untuk komoditas hortikultura. Saat ini permintaan hortikultura baik pasar domestik maupun internasional masih tinggi.

Tdak hanya terbatas pada produk segar maupun olahan tetapi  juga pada produk benihnya. Data BPS kuartal II 2020 menyebutkan, pertumbuhan subsektor hortikultura berada di angka 0,86 persen. Meskipun dinilai rendah, hortikultura tetap menjadi tulang punggung perekonomian bangsa dan upaya menggenjot kenaikannya menjadi skala prioritas.

Ekspor benih hortikultura saat ini masih terus berjalan dan tidak begitu terpengaruh oleh pandemi. Hal ini dapat dilihat dari tetap tingginya permohonan pengeluaran (ekspor) benih tanaman hortikultura terutama tanaman florikultura (tanaman hias). Permohonan izin pengeluaran benih Hortikultura yang masuk ke Direktorat Jenderal Hortikultura pada awal Juni sampai sekarang cukup tinggi terutama didominasi oleh benih tanaman hias.

“Ekspor benih hortikultura tidak terlalu terpengaruh oleh Covid-19 ini. Saat ini hampir setiap hari ada saja usulan permohonan ekspor benih tanaman terutama florikultura,” ujar Direktur Perbenihan Hortikultura Kementan, Sukarman.

Benih yang diekspor terdiri dari berbagai jenis di antaranya Bucephalandra, Anubias, Dracaena, Krokot, Ammania, Aponogeton, Carolina, Chrysanthemum, Bacopa, Cabomba, Blyxa, Keladi, Cryptocoryne, Ceratophyllum, Echinodorus, Saintpaulia, Cyperus, Egeria, Eriocaulo, Glossostigma, Eleocharis dan masih banyak jenis tanaman hias lainnya. Ekspornya ditujukan ke berbagai negara di dunia terutama Jepang, Korea, China, Singapura, Hongkong, Jerman, USA dan UK.

“Secara total, sejak Januari - Juli 2020 terdapat 24,33 juta benih yang kami berikan surat ijin pengeluaran benih tanaman hias. Padahal hingga terhitung Mei lalu, baru mencapai 13,42 juta benih tanaman. Artinya terdapat kenaikan hampir dua kali lipat pada periode Juni – Juli 2020,” papar Sukarman.

Menurutnya, besarnya angka ekspor menunjukkan bahwa bisnis benih florikultura masih sangat terbuka dan potensial untuk dikembangkan. Berbagai lapisan masyarakat menyukai aneka florikultura baik untuk penghias wilayah outdoor dan indoor.

“Tingginya permintaan benih tanaman hias menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pelaku usaha yang bergerak di bidang perbenihan. Peningkatan kualitas serta terjaminnya kontinuitas benih bermutu sangat perlu dilakukan. Termasuka pengelolaan dan manajemen produksi yang baik perlu untuk diterapkan,” papar pria yang biasa disapa Karman ini. 

Dihubungi terpisah, eskportir krisan menyampaikan bahwa meskipun diberlakukan pembatasan aktivitas luar rumah, kegiatan produksi benih tanaman hias terus berlangsung. Permintaan dari luar negeri terus mengalir.

"Kita tidak bisa berhenti berproduksi karena sudah melakukan kontrak penjualan sebelumnya dengan buyer di luar negeri," ujar staf PT. Transplant Indonesia, Dodi. 

Hal tersebut sejalan dengan komitmen Kementerian Pertanian untuk terus mendorong kegiatan ekspor diberbagai sektor, salah satunya dalam bidang florikultura. "Ke depan, saya berharap kepada seluruh stake holder Kementerian Pertanian, agar memperkuat diplomasi dengan negara lain, sebagai upaya untuk meningkatkan eskpor kita, tentunya sangat bersyukur kita diberikan anugrah iklim tropis dan ruang untuk berkreasi dan terus berkarya, oleh karena itu, optimalisasikan seluruh sumber daya untuk mewujudkannya,"papar Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, saat ditemui terpisah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement