Jumat 28 Aug 2020 18:24 WIB

Mesir Capai Kesepakatan Maritim dengan Yunani, Balas Turki?

Yunani menilai ratifikasi perjanjian maritim dengan Mesir bersifat mendesak.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Laut Mediterania atau Laut Tengah
Foto: Wikipedia.com
Laut Mediterania atau Laut Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Otoritas Yunani telah meratifikasi kesepakatan tentang perbatasan laut dengan Mesir pada Kamis (27/8).  Hal itu terjadi hanya beberapa jam setelah Turki memperpanjang operasi kapal survei seismik di Mediterania Timur.

Kesepakatan ini juga ditengarai sebagai balasan usai Turki bersepakat dengan pemerintahan Libya di Tripoli. Ankara juga telah mengumumkan akan turut mengadakan latihan menembak di wilayah tersebut.

Baca Juga

Di bawah perjanjian perbatasan laut, Yunani dan Mesir kini diizinkan mengeksplorasi sumber daya alam yang tersedia di zona ekonomi eksklusif, termasuk cadangan minyak serta gas. Selain dengan Mesir, Yunani telah membuat kesepakatan serupa dengan Italia pada Rabu (26/8).

Juru bicara Pemerintah Yunani Steilos Petsas mengungkapkan proses ratifikasi perjanjian perbatasan yang dilakukan negaranya dengan Mesir dan Italia bersifat mendesak. Hal itu mengingat kegiatan ilegal Turki di wilayah terkait.

Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis telah mengatakan kepada parlemen bahwa undang-undang lain akan memperpanjang zona pesisir Yunani di Laut Ionia dari enam mil (sekitar 11 km) menjadi 12 mil laut (22 km) di bawah konvensi maritim internasional.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengatakan negaranya tidak akan membuat konsesi di wilayah perairan Mediterania Timur. Turki akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk memperoleh haknya di Laut Hitam, Aegean, dan Mediterania.

"Kami tidak mengawasi wilayah, kedaulatan, dan kepentingan orang lain, tapi kami tidak akan membuat konsesi atas apa yang menjadi milik kami," kata Erdogan dalam sebuah pernyataan yang ditujukan kepada Yunani, dikutip laman Aljazirah, Rabu (26/8).

Dia memperingatkan Yunani agar tidak melakukan kesalahan yang dapat membuka jalan menuju kehancuran. "Kami tidak akan mengkompromikan apa yang menjadi milik kami. Kami bertekad untuk melakukan apa pun yang diperlukan," ujar Erdogan.

Ketegangan di perairan Mediterania Timur meningkat setelah Turki mengirim kapal survei Oruc Reis ke wilayah tersebut bulan ini. Yunani memandang langkah tersebut ilegal. Perairan Mediterania Timur memang dipersengketakan oleh kedua negara.

Turki mengatakan terbuka untuk berdialog selama ada distribusi hak yang adil di Mediterania Timur. Ankara pun meminta agar Yunani tak mengajukan syarat apa pun untuk melakukan dialog. Sebab jika Athena terus melakukan hal demikian, konflik kemungkinan tak dapat dihindari.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement