Sabtu 29 Aug 2020 02:35 WIB

Menara ATC Bandara Yogyakarta Diklaim Tahan Tsunami

Menara dibangun tahan terhadap tsunami dan dapat langsung beroperasi

Bandara Yogyakarta International Airport (YIA).
Foto: Yusuf Assidiq.
Bandara Yogyakarta International Airport (YIA).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  - Menara pemandu lalu lintas penerbangan Airnav Indonesia di Bandara Internasional Yogyakarta yang baru saja diresmikan Presiden Joko Widodo memiliki delapan kelebihan, salah satunya tahan gelombang tsunami.

Direktur Utama AirNav Indonesia Pramintoha mengatakan menara YIA memiliki delapan keunggulan dibandingan dengan Menara Adisujtipto. Pertama, menara YIA memilki tinggi 39,5 meter, lebih tinggi dibanding menara Adi Sutjipto yang setinggi 25 meter.

“Ketinggian ini membuat pandangan ATC lebih luas dan mampu memantau seluruh pergerakan area bandara,” ujarnya, Jumat (28/8)

Kedua, menara YIA dibangun hanya 7,5 bulan saja, termasuk salah satu yang tercepat. Ketiga, menara ini dibangun tahan gempa hingga 8,8 magnitudo.

“Keunggulan keempat adalah menara dibangun tahan terhadap tsunami dan dapat langsung beroperasi melayani penerbangan setelah tsunami berhenti. Hal itu dikarenakan seluruh peralatan navigasi ditempatkan pada ketinggian 15 mdpl, sebab gelombang tsunami berada pada rentang 8 - 12,8 meter,” katanya.

Kelima, lanjut Pramintohadi, menara itu dilengkapi dengan fasilitas peralatan navigasi penerbangan yang modern.

Menara Pemandu Lalu Lintas Penerbangan YIA dilengkapi dengan menara set, radar monitoring, radio VHF, telephone direct speech dan Automatic Terminal Information Service (ATIS).

Fasilitas Gedung operasional dilengkapi dengan radar control display, radio VHF, telephone direct speech dan Automated Weather Observing System (AWOS) bekerja sama dengan BMKG.

Selain itu, AirNav Indonesia juga memiliki gedung administrasi yang dilengkapi dengan ruangan dan fasilitas perkantoran modern serta ramah lingkungan.

“Keenam, kami juga melayani pendaratan pesawat berbasis satelit, yang biasa disebut Performance Based Navigation (PBN),” terang Pramintohadi.

Ketujuh, kapasitas runway YIA 28 pergerakan per jam, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Adi Sutjipto sebanyak 17 pergerakan per jam.

“Dengan kapasitas tersebut, Bandara Adisutjipto melayani 280 sampai dengan 300 pergerakan pesawat udara per harinya. Sedangkan YIA, memiliki kapasitas landasan pacu 28 pergerakan pesawat udara per jam. Jadi bisa dibayangkan penambahan kapasitas pergerakan pesawat udara yang cukup signifikan dalam mendukung konektivitas udara untuk wilayah Yogyakarta,” paparnya.

Paling akhir, alur penerbangan (flow traffic) di bandara ini lebih lancar dibandingkan Bandara Adisutjipto, sehingga jadwal penerbangan lebih teratur.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement