Jumat 28 Aug 2020 19:56 WIB

Mundur dari Perdana Menteri, Abe: Saya Mohon Maaf

Abe khawatir penyakitnya akan mempengaruhi ia dalam mengambil keputusan,

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berbicara selama konferensi pers di kediaman resmi perdana menteri di Tokyo Jumat (28/8/2020). Perdana menteri terlama Jepang Abe mengatakan Jumat ia bermaksud untuk mundur karena masalah kesehatan kronis telah muncul kembali.
Foto: Franck Robichon / Foto Pool via AP
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berbicara selama konferensi pers di kediaman resmi perdana menteri di Tokyo Jumat (28/8/2020). Perdana menteri terlama Jepang Abe mengatakan Jumat ia bermaksud untuk mundur karena masalah kesehatan kronis telah muncul kembali.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan pengunduran dirinya dalam sebuah konferensi pers pada Jumat (28/8). Seperti yang menjadi kekhawatiran publik di negara itu dalam beberapa waktu terakhir, ia mengatakan keputusan ini memang didasari karena kondisi kesehatannya.

“Sekarang saya tidak dapat memenuhi amanat rakyat dengan percaya diri, saya telah memutuskan bahwa saya tidak boleh lagi menjabat sebagai perdana menteri," ujar Abe, seperti dilansir CGTN, Jumat (28/8).

Baca Juga

Abe selama ini diketahui berjuang melawan penyakit kolitis ulserativa. Dalam beberapa waktu terakhir, ia juga melakukan dua kunjungan ke rumah sakit, yang kemudian memicu pertanyaan publik tentang kondisi kesehatannya. Apakah Abe tetap dapat bekerja hingga akhir masa jabatannya pada September 2021?

Dalam masa jabatan pertamanya sebagai perdana menteni yang dimulai pada akhir September 2006, Abe pernah secara tiba-tiba mengundurkan diri karena mengalami radang usus besar kronis.

Ia kembali menjabat sebagai pemimpin pemerintahan Jepang pada Desember 2012, berjanji untuk menghidupkan kembali pertumbuhan dengan campuran "Abenomics" dari kebijakan moneter yang sangat mudah, pengeluaran fiskal dan reformasi.

Tak hanya itu, Abe juga berjanji untuk memperkuat pertahanan Jepang dan bertujuan untuk merevisi konstitusi pasifis. Kondisi kesehatan dari pria berusia 65 tahun itu dilaporkan mulai kembali menurun pada pertengahan bulan lalu.

Menurut Abe, kondisi kesehatannya saat ini dikhawatirkan dapat berdampak pada pengambilan keputusan kebijakan yang penting, jika tetap memaksakan diri menjabat sebagai perdana menteri. Dalam konferensi pers, ia juga menyampaikan permintaan maaf sekaligus berterima kasih kepada seluruh masyarakat Jepang yang telah mendukungnya.

"Saya mohon maaf dari lubuk hati saya yang paling dalam bahwa terlepas dari semua dukungan dari orang Jepang, saya meninggalkan jabatan ini dengan sisa satu tahun penuh dalam masa jabatan saya dan di tengah berbagai kebijakan, termasuk dalam menghadapi pandemi virus Corona jenis baru,” jelas Abe.

Abe mengatakan bahwa dia akan tetap menjabat sampai penggantinya terpilih. Sementara itu, menurut laporan media lokal, Partai Demokrat Liberal (LDP) yang dipimpinnya akan memutuskan pada pekan depan tentang bagaimana mengadakan pemilihan kepemimpinan, dengan anggota parlemen dan perwakilan dari cabang lokal kemungkinan akan memberikan suara.

Abe telah melampaui rekor untuk masa jabatan perdana menteri Jepang terlama berturut-turut, setelah mantan perdana menteri Eisaku Sato setengah abad yang lalu. Dalam keterangan lebih lanjut, ia mengatakan akan melanjutkan karir politiknya dan mencalonkan diri dalam pemilihan berikutnya sebagai seorang anggota parlemen.

Dalam beberapa bulan terakhir, Abe dinilai menghadapi masa-masa terberat, di mana kecaman publik datang karena penanganannya yang dianggap tidak tepat selama pandemi virus corona baru. Tak hanya itu, terjadi skandal di antara anggota partai, yang membuat dukungan terhadapnya turun ke level terendah dalam hampir delapan tahun masa jabatannya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement