REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hukum sholat Dhuha adalah sunnah. Bahkan dalam pandangan ulama madzhab Maliki dan Syafi’i, nilai kesunnahannya sangat kuat sehingga hukumnya adalah sunnah muakkadah.
Rasulullah sering melakukan sholat Dhuha dan mewasiatkan kepada umatnya untuk merutinkannya. Dikutip dari buku Bolehkah Shalat Dhuha Berjamaah? karya Muhammad Saiyid Mahadhir, sering yang dimaksud memang tidak tiap hari, sesekali Rasulullah saw meninggalkan sholat dhuha. Itu semua dimaksudkan agar sholat dhuha tidak dianggap sebagai sebuah kewajiban bagi umat Islam.
“Kekasihku (Rasulullah SAW) telah berwasiat kepadaku tentang tiga perkara agar tidak aku tinggalkan hingga mati: puasa tiga hari setiap bulan, sholat Dhuha, dan tidur dalam keadaan sudah melakukan sholat witir," (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW saat melaksanakan sholat dhuha, melakukannya sebanyak empat rakaat bahkan lebih. Keutamaan sholat dhuha adalah diampuni dosa-dosanya. Sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Siapa yang menjaga sholat dhuha maka akan diampuni dosanya walaupun sebanyak buih dilautan,” (HR. Tirmidzi).
Selain itu, keutamaan sholat dhuha adalah sedekah persendian. "Pada setiap persendian kalian harus dikeluarkan sedekahnya setiap pagi, setiap tasbih (membaca subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (membaca Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (membaca Lailaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir (membaca Allahu Akbar) adalah sedekah, amar bil ma'ruf adalah sedekah, nahi ‘anil munkar adalah sedekah. Semua itu dapat terpenuhi dengan (shalat) dua rakaat yang dilakukan di waktu dhuha." (HR. Muslim)
Bukan hanya itu, mereka yang rajin melakukan sholat dhuha juga akan dicukupkan rezekinya. Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at sholat di awal siang (di waktu dhuha), maka Aku akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi)
Keutamaan lainnya, dengan melakukan sholat Dhuha, mereka juga akan diangkat derajatnya seakan memperoleh harta ghonimah dan sebagai penyempurna sholat fardlu. “Sesungguhnya amalan yang pertama kali akan diperhitungkan dari manusia pada hari kiamat dari amalan-amalan mereka adalah sholat. Kemudian Allah Ta’ala mengatakan pada malaikatnya dan Dia lebih Mengetahui segala sesuatu, “Lihatlah kalian pada shalat hamba-Ku, apakah sempurna ataukah memiliki kekurangan? Jika sholatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun, jika sholatnya terdapat beberapa kekurangan, maka lihatlah kalian apakah hamba-Ku memiliki amalan sholat sunnah? Jika ia memiliki sholat sunnah, maka sempurnakanlah pahala bagi hamba-Ku dikarenakan sholat sunnah yang ia lakukan. Kemudian amalan-amalan lainnya hampir sama seperti itu,” (HR. Abu Daud).