REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Wali Kota Padang Mahyeldi menilai peningkatan kasus positif Corona Virus Disease (Covid-19) di daerah itu dalam sepekan terakhir disebabkan kecepatan melakukan tracing atau penelusuran riwayat kontak pasien yang positif.
"Mereka yang terkonfirmasi positif adalah orang-orang yang punya kontak erat dengan pasien positif sebelumnya yang ditemukan lewat penelusuran oleh petugas di lapangan," kata dia, Sabtu (29/8).
Menurutnya, temuan kasus positif baru lebih terkonsentrasi pada lingkaran perkantoran hingga rumah sakit.
Oleh sebab itu, merujuk pendapat Kepala Labor Biomedik Unand Andani Eka Putra jika ada yang terdeteksi positif lebih bagus karena akan bisa langsung diisolasi untuk memutus mata rantai penularan.
"Jadi semua yang punya positif diisolasi dan karantina sehingga tidak berkeliaran," ujarnya.
Ia berpendapat ketika banyak ditemukan kasus baru itu lebih bagus karena bisa cepat diisolasi.
Ke depan ia akan tetap fokus melakukan penelusuran riwayat kontak untuk kemudian dilakukan tes usap.
Terkait dengan kebijakan Satgas Penanganan Covid-19 yang mengumumkan Padang kembali masuk zona merah atau berisiko tinggi Mahyeldi menilai hal itu perlu dianalisis lebih jauh.
"Saya melihat peningkatan kasus karena tingginya angka penelusuran riwayat kontak dan ini perlu dihargai oleh pusat," ujarnya.
Ia menilai pemerintah pusat gagal paham dalam memahami peningkatan kasus positif karena yang perlu dievaluasi adalah bagaimana kinerja dan proses menemukan kasus baru.
"Silakan ditetapkan zona merah, kami akan melihat dan evaluasi lebih lanjut dan akan lebih serius lagi bekerja," ujarnya.
Ia mengatakan Padang paling banyak mengirim sampel untuk tes usap membuktikan jajaran medis sudah bekerja maksimal.
Sementara berdasarkan data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Kota Padang pada 28 Agustus 2020 hingga pukul 10.00 WIB terdapat 1.112 warga Padang positif Covid-19.
Dari 1.112 tersebut 791 dinyatakan sembuh, 36 meninggal, 88 bergejala dan 197 tanpa gejala.