REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Hukum Angkatan Darat (Dirkumad), Brigjen Tetty Melina Lubis, mengaku, dalam kesehariannya berdinas selalu mengenakan jilbab. Dia tidak menganggap jilbab sebagai kendala untuk bekerja profesional. Lagi pula, sambung dia, lingkungan di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) sangat mendukung bagi setiap prajurit, termasuk Korps Wanita AD (Kowad) untuk berkarier dengan baik.
"Berjilbab sejak zaman Pak Gatot. Tahun 2016 Kowad boleh pakai jilbab. Ini dari hati," kata Tetty menjelaskan alasan ia mengenakan jilbab saat diwawancarai Republika, belum lama ini. Dia melanjutkan, sekarang pun juga ada taruna Akademi Militer (Akmil) perempuan yang lulus 2017 juga memakai jilbab.
Catatan Republika, sebelum era Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (2015-2017), belum ada aturan tertulis yang mengatur prajurit perempuan untuk mengenakan jilbab saat berdinas. Ketika Gatot menjadi penguasa Markas Besar (Mabes) TNI Cilangkap, akhirnya Kowad, Korps Wanita AL (Kowal), dan Wanita Angkatan Udara (Wara) kala jam dinas dibolehkan berjilbab.
Tetty melanjutkan, ketika aturan membolehkan Kowad berjilbab, ia pun memutuskan memanfaatkan kebijakan baru tersebut. "Semuanya kembali ke hati. Semua ini dari hati kita menutup aurat. Itu tergantung keyakinan kita," kata Tetty yang suaminya bekerja sebagai dosen hukum tata negara Universitas Trisakti.
Tetty memilih merendah dengan karier bintang satu yang disandangnya. Apalagi, bukan ia satu-satunya jenderal perempuan di lingkungan Mabes AD (Mabesad). Menurut Tetty, apa yang dicapainya sebagai buah kerja profesional dan ikhlas yang dijalaninya sejak bergabung di TNI AD dari jalur Sekolah Perwira Wajib Militer (Sepa Wamil) pada 1992.
"Ada lima Kowad yang bintang satu, termasuk saya. Ada di Kemenko Polhukam, kepala Dilmilti (Pengadilan Militer Tingg) Medan, dan Lemhannas. Semuanya masih aktif," kata Tetty yang masih memiliki masa dinas aktif militer empat tahun ini.