REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Asosiasi Muslim Waikato, Asad Mohsin menyatakan ada hikmah di balik insiden penembakan jamaah Masjid di Christchurch, Selandia Baru pada Maret 2019. Hubungan Muslim dengan masyarakat dan pemerintah di Waikato justru semakin baik.
Mohsin mengatakan memang tak mudah menggali nilai baik atas insiden tersebut ibarat mencari jarum di tumpukan jerami. Tapi ia meyakini para korban insiden Christchurch tidak mati sia-sia.
Mohsin menganggap 51 korban meninggal dari insiden Christchurch layaknya pahlawan. Insiden itu membuat warga non Muslim ingin mengenal Muslim lebih baik.
Selain itu, sejumlah program jangka panjang Asosiasi Muslim Waikato mulai menunjukkan titik terang. Diantaranya ialah rencana pembelian dan pembangunan lahan 20 hektar untuk Masjid, sekolah dan pusat kegiatan komunitas.
"Jangan biarkan diri kita terpengaruh hal mengerikan yang terjadi di seluruh dunia," kata Mohsin dilansir dari Stuff pada Jumat (28/8).
Mohsin juga ingin semua Masjid di Waikato terbuka bagi siapa saja. Sehingga Masjid-Masjid disarankan menguatkan program komunitas agar makin bermanfaat bagi masyarakat di sekitar.
Mohsin menyebut pandemi covid-19 ialah masa-masa sulit yang sepantasnya dilalui manusia bersama tanpa membedakan agama. Pada masa seperti ini, ikatan batin masyarakat akan menguat.
"Covid-19 jadi contoh yang bisa menyatukan masyarakat. Ikatan menjadi makin kuat. Fokusnya bagaimana kami lebih terlibat dalam masyarakat, hal baik akan lahir belakangan," ucap Mohsin.