Senin 31 Aug 2020 00:19 WIB

Australia dan Selandia Baru Waspadai Perkembangan Covid-19

Jumlah kasus infeksi Covid-19 di Victoria, Australia kembali menjadi tiga digit

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Orang-orang tiba di klinik skrining COVID-19. Jumlah kasus infeksi Covid-19 di negara bagian Victoria, Australia kembali menjadi tiga digit. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/DAN PELED
Orang-orang tiba di klinik skrining COVID-19. Jumlah kasus infeksi Covid-19 di negara bagian Victoria, Australia kembali menjadi tiga digit. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Jumlah kasus infeksi Covid-19 di negara bagian Victoria, Australia kembali menjadi tiga digit. Sementara negara tetangga mereka, Selandia Baru, mengatakan akan sedikit melonggarkan peraturan pembatasan sosial di kota terbesar mereka, Auckland.

Kasus baru virus corona di Victoria bertambah 114 kasus padahal satu hari sebelumnya sempat turun ke titik terendah dalam dua bulan terakhir dengan 94 kasus. Sementara itu Melbourne memasuki pekan keempat dari rencana karantina wilayah selama enam pekan.

Baca Juga

"Pada 100, 94, 114 (kasus), berapapun angkanya, sederhananya kami tidak bisa membuka diri," kata Perdana Menteri Victoria Daniel Andrews dalam pidatonya yang disiarkan televisi, Ahad (30/8).

Sejak awal tahun, negara dengan 25 juta jiwa itu sudah melaporkan sekitar 24.600 kasus infeksi dan lebih dari 600 kasus kematian terkait virus corona. Tetangga terdekat Negeri Kanguru yakni Selandia Baru melaporkan dua kasus baru.

Dengan demikian jumlah kasus infeksi di Negeri Kiwi menjadi 1.378 kasus dan kasus kematian bertahan di angka 22. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan mulai Senin (1/9) peraturan pembatasan sosial di Auckland akan longgarkan tapi akan kembali diperketat apabila diperlukan.

Namun masih ada sejumlah peraturan yang membatasi gerak masyarakat. Selandia Baru juga mulai mewajibkan pemakaian masker di ruang publik. Ardern mengatakan program untuk menahan laju penyebaran virus bekerja dengan baik.

"Program ini dirancang agar kami tetap berada dalam jalur strategi pengentasan virus," katanya.

Sejauh ini Australia dan Selandia Baru terbukti menjadi dua negara yang paling berhasil menahan laju penyebaran virus corona dibandingkan negara-negara lain. Mereka bergerak cepat memberlakukan peraturan pembatasan sosial.

Namun negara-negara Pasifik tersebut harus membayar mahal langkah tersebut. Hal ini tercermin dari besarnya kerugian Produk Domestik Bruto dua negara itu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement