REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —— Penyanyi Edo Kondologit berang dengan aksi tak bertanggung jawab pihak kepolisian terhadap iparnya.
Dalam video yang beredar di media sosial, Edo mengungkapkan, iparnya bernama Riko, meninggal dunia saat ditahan di Polsek Sorong, Papua Barat lantaran diduga dianiaya. Politikus PDI Perjuangan itu menegaskan agar kasus tersebut diusut tuntas.
“Tidak ada keadilan di Tanah Papua ini. Cukup sudah bermain sandiwara di negeri ini. Saya sudah sangat sakit hati sekali (dengan) perlakuan tidak adil di negeri ini sekarang,” kata Edo dalam video yang tersebar di media sosial, Ahad (30/8).
Saat dikonfirmasi Republika.co.id tentang video itu, Edo membenarkan rekaman tersebut, merupakan reaksi marahnya atas prilaku kepolisian terhadap almarhum Riko, adik iparnya.
“Benar sekali video itu,” kata Edo, saat dikonfirmasi, Ahad (30/8). Ia pun mengizinkan Republika.co.id untuk mengutip kemarahannya dalam video tersebut.
“Saya, dan keluarga minta kepada pihak kepolisian, untuk mengusut tuntas kematian saudara kami Riko. Hukum harus adil,” kata Edo menambahkan. Kata Edo, ia bersama keluarga, pun akan membuat laporan kematian kerabatnya itu, ke otoritas tertinggi kepolisian di Papua Barat, pun di Jakarta.
Dalam rekaman video tersebut, Edo menerangkan, Riko, pemuda 20-an tahun adalah adik iparnya yang diduga melakukan tindak kejahatan, akibat pengaruh minuman keras.
Meski berstatus keluarga, orang tua Riko, yang mengantarkan anaknya itu ke kantor polisi untuk diproses sesuai hukum, Kamis (27/8). “Kita serahkan anak kita untuk dihukum secara baik,” kata Edo. Namun, tak sampai 24 jam setelah diserahkan ke kepolisian, Riko dinyatakan meninggal dunia.
Kematian Riko, Edo curiga karena siksaan anggota kepolisian, dan tahanan. Sebab, kata Edo, dari kaki jenazah Riko, ditemukan bekas tembakan peluru. Kondisi mengenaskan Riko itu yang membuat Edo, dan keluarga marah kepada kepolisian.
“Kita menuntut keadilan. Ini negara hukum. Asas praduga tidak bersalah seseorang dinyatakan bersalah, hanya oleh keputusan pengadilan. Bukan polisi yang menentukan. Saya emosi. Saya rasa ini sangat tidak adil sekali. Sangat tidak dibenarkan cara-cara kayak begini,” kata Edo.