Senin 31 Aug 2020 09:41 WIB

IHSG Dibuka Menguat Terimbas Kebijakan Bunga Rendah The Fed

IHSG dibuka menguat ke level 5.366,18.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan melintas di dekat layar Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, ilustrasi. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Karyawan melintas di dekat layar Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, ilustrasi. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona positif pada perdagangan awal pekan ini, Senin (31/8). Indeks saham menguat 0,37 persen atau naik 19 poin ke level 5.366,18.

Pergerakan IHSG ini sejalan dengan bursa AS yang ditutup menguat pada perdagangan semalam. Direktur Anugerah Investama Sekuritas, Hans Kwee, mengatakan, pergerakan IHSG pekan ini mendapat pengaruh kebijakan baru The Fed yang membuat bunga tetap rendah ketika inflasi naik di masa depan.

Baca Juga

"Hal ini mempunyai implikasi positif bagi pasar keuangan di jangka panjang," kata Hans, Senin (31/8).

Menurut Hans, pasar saham dan obligasi cenderung positif jangka panjang karena harapan bunga yang rendah dan stimulus yang terus diberikan pada masa yang akan datang bahkan ketika ekonomi sudah pulih dari pandemi Covid-19.

Saat vaksin ditemukan dan pandemi bisa diatasi, Hans melihat, pasar masih akan memantau stimulus dan bunga rendah akibat menunggu rata-rata inflasi naik. Lalu, dana murah pun akan masuk ke emerging market termasuk ke Indonesia.

Pasar keuangan juga mendapatkan sentimen positif setelah Presiden Donald Trump disebut akan menandatangani RUU stimulus bantuan virus corona senilai 1,3 triliun dolar AS. Ini merupakan lanjutan tunjangan pengangguran darurat untuk jutaan warga AS yang selesai akhir Juli.

Dari dalam negeri, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali melakukan perpanjangan PSBB transisi. Menurut Hans, hal ini berpotenai mendorong ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga mengalami pertumbuhan negatif. Hal ini juga akan memperbesar kemungkinan Indonesia mengalami resesi.

Di sisi lain, pemerintah pusat agresif melakukan belanja pemerintah dan mengucurkan bantuan pada masyarakat dan UMKM, dunia usaha atau korporasi. Pemerintah akan kembali mendorong proyek infrastruktur di semester kedua ini. Hans melihat, hal ini menimbukan harapan pertumbuhan ekonomi di Kuartal keempat akan kembali positif.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement