REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam menyampaikan pesan-pesan agama, Presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur biasanya menyelipkan humor di dalamnya. Salah satu humornya yang terkenal adalah tentang seorang sopir metro mini dan seorang ustadz ketika akan masuk surga.
Dalam buku “41 Warisan Kebesara Gus Dur” karya M. Hanif Dhakiri diceritakan bahwa ada seorang malaikat yang menanyai seorang sopir metro mini. Apa kerjamu selama di dunia? tanya malaikat itu. “Saya sopir metro mini pak."
Lalu malaikat itu memberikan kamar yang mewah untuk sopir metro mini tersebut dan peralatan yang terbuat dari emas. Kemudian, seorang ustadz juga datang menuju pintu surga yang dijaga malaikat itu.
“Apa kerjaan kamu di dunia?” tanya malaikat kepada ustaz itu. “Saya juru dakwah pak,” jawabnya. Namun, malaikat itu justru memberikan kamar yang kecil dan peralatan yang terbuat dari kayu.
Melihat itu si ustaz pun protes kepada malaikat. “Kenapa kok saya yang juru dakwah mendapatkan yang lebih rendah dari seorang sopir metro mini?”
Dengan tenang malaikat pun menjawab, “Begini Pak Ustaz, pada saat Bapak ceramah, Bapak membuat orang-orang semua mengantuk dan tertidur, sehingga melupakan Tuhan. Sedangkan pada saat sopir metro mini mengemudi dengan kencang, ia justru membuat orang-orang berdoa dan berdzikir,” jelas malaikat.
Melalui humor ini, Gus Dur tampak ingin mengingatkan kepada umat Islam untuk selalu berdoa dan ingat kepada Allah. Sedangkan, untuk para ustaz disarankan untuk menyelipkan homor di dalam ceramahnya agar jamaah tidak tidur, sehingga mereka pun tidak melupakan Tuhan.
Gus Dur memang merupakan sosok presiden dan kiai pesantren yang menggunakan homor tidak hanya untuk memecahkan suasana yang kaku, tapi juga untuk menyampaikan pesan agar mudah diterima, dan pesan itu pun melekat dalam ingatan masyarakat.